Kisah Heroik Tenggelamnya Kapal Feri

kapal feri di korea selatan tenggelam
Sumber :
  • REUTERS/Yonhap
VIVAnews
Detik-detik Perang Sarung di Tangsel Berakhir Penganiayaan, Bocah Perempuan Dibanting dan Diinjak
- Pagi buta, ratusan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Danwon di Ansan, sebuah daerah pinggiran di ibukota Seoul, Korea Selatan, sudah berkumpul. Meski masih mengantuk mereka tampak semangat. Keindahan Pulau Jeju membuat pelajar bersuka cita.

Tepis Teori Konspirasi, Kate Middleton Terlihat Sehat dan Bahagia di Foto terbaru

Tepat pada pukul 05.00 waktu setempat mereka berangkat menuju Pulau Jeju untuk berlibur dari Incheon dengan menggunakan kapal feri Sewol. Kapal feri ini memang sangat popular untuk kegiatan siswa sekolah karena besar dan nyaman. Selain memiliki ruang pertemuan yang luas, kapal ini juga dilengkapi dengan beberapa restoran dan pertokoan.
Daftar Harga Pangan 19 Maret 2024: Beras hingga Cabai Kompak Naik


Dikutip dari BBC , Jumat 17 April 2014, sebanyak 330 orang adalah pelajar SMA Danwon dari 470 penumpang yang dibawa kapal. Jumlah itu masih separuh dari kapasitas kapal yakni 900 penumpang.

Beberapa penumpang sedang menikmati sarapan mereka pagi itu, sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Tetapi, tiba-tiba mereka mendengar ledakan keras dan guncangan kapal. Suasana pun menjadi sangat panik.

Pengeras suara di kapal mengumumkan kepada penumpang untuk tetap di tempat dan tenang. Kebingungan pun melanda para penumpang kapal feri tersebut.

Mereka dihadapkan pada dua pilihan, antara tetap berada di tempat atau menyelamatkan diri dengan menggunakan pelampung ketika air laut semakin tinggi masuk ke dalam tubuh kapal.

Dikutip dari CNN , Lim Hyung-min, salah satu korban yang selamat mengatakan, ia harus bersusah payah untuk memperjuangkan hidupnya.

“Saya harus berenang terlebih dahulu sampai ke perahu untuk diselamatkan,” ujarnya.

Penyelamatan dramatis


Proses penyelamatan dramatis itu juga disiarkan secara langsung melalui televisi. Dalam tayangan itu, ditunjukkan para penumpang tengah mengenakan jaket penyelamat dengan wajah penuh ketakutan.


Dikutip dari
Channel News Asia
, mereka ramai-ramai berupaya mencapai ke perahu karet karena air mulai membanjiri kapal. Sebab, kapal dengan berat 6.825 ton tersebut mulai tenggelam di 20 kilometer dari bagian selatan Pulau Byungpoong.


Beberapa bahkan terlihat meluncur dari salah satu sisi kapal feri yang curam dan terjun ke laut. Tim penyelamat termasuk beberapa kru dengan menggunakan kapal nelayan kecil, berupaya keras menarik mereka dari air laut agar selamat.


Menurut pengakuan para penumpang yang akhirnya berhasil diselamatkan, mereka awalnya diminta untuk tetap duduk di kursi sebelum kapal feri miring ke salah satu sisi. Hal ini memicu kepanikan.


"Para kru kerap memberi tahu kami, agar tidak bergerak dan tetap duduk," ujar salah satu penumpang yang selamat kepada media
YTN News Channel.


Penumpang itu melanjutkan, ketika instruksi itu dituruti, tiba-tiba kapal feri malah miring ke salah satu sisi. "Sehingga sangat sulit bagi kami untuk keluar dari kapal," imbuh penumpang tadi.


Sebanyak 178 penyelam, termasuk AL Korsel dikerahkan untuk menyelamatkan para penumpang dari air laut menggunakan perahu karet, kapal AL, dan puluhan helikopter.


Bantuan juga dikirim oleh Amerika Serikat. AL AS, 7th Fleet, mengirimkan kapal serbu amfibi bernama, USS Bonhomme Richard yang rutin berpatroli di bagian barat Semenanjung Korea, ikut dikerahkan untuk memberi pertolongan.


Tiga alat berat pun telah dikerahkan untuk mengangkat kembali kapal yang telah tenggelam. Menurut pejabat berwenang, proses pengangkatan baru akan dimulai hari ini.


Namun, tim penyelamat mengaku kesulitan untuk mencari kapal yang kini telah tenggelam. "Begitu banyak lumpur di dalam air laut dan tingkat penglihatan sangat rendah," kata Gyeong Og. 


Nakhoda meminta maaf

Keluarga korban kapal Feri Sewol mulai kesal dan marah kepada sang nakhoda, Lee Joon-Seok dan 28 krunya. Sebab, di saat kapal dalam keadaan terbalik, Joon-Seok dan para kru diduga merupakan orang yang pertama meninggalkan kapal.


Kini Joon-Seok tengah diselidiki terkait adanya laporan itu. Namun, nakhoda berusia 69 tahun dan para kru merasa malu, karena mereka tidak dapat menyelamatkan para penumpang.


Sang kapten kapal selamat setelah terlebih dahulu menyelamatkan diri dengan mengikuti rombongan pertama bersama penumpang lainnya menggunakan sekoci. Kapten nahas itu pun tampak tertunduk dan menutupi mukanya dengan tutup kepala di jaketnya di kantor penjaga pantai Korea Selatan.


"Saya benar-benar meminta maaf kepada para penumpang, korban dan keluarga. Saya merasa malu," ujar dia pada Kamis kemarin.


Sementara itu, saat ini jumlah penumpang yang tewas tercatat mencapai 25 orang. Tim gabungan SAR terus mencari 271 penumpang lainnya yang masih dinyatakan hilang. 


Kerabat penumpang begitu kesal lantaran banyak orang yang dilaporkan malah diminta untuk tetap duduk selama 40 menit, ketika kapal feri mengalami masalah. Jumlah korban yang tewas menurut mereka seharusnya bisa diminimalisasi apabila para penumpang diinformasikan untuk menyelamatkan diri secepatnya.


Perusahaan Chonghaejin Marine Co yang mengoperasikan kapal Feri Sewol mengatakan, Lee merupakan kapten kapal yang telah berpengalaman. Dia telah bertanggungjawab mengemudikan kapal feri rute Incheon-Jeju selama delapan tahun terakhir.


Menurut beberapa ahli, penyebab kapal feri itu terbalik diduga karena menabrak batu karang atau berputar secara tajam, sehingga mengakibatkan posisi barang kargo bergerak ke sisi sebelahnya. Kapal kemudian menjadi miring dan tenggelam. Saat tengah berlayar, kapal Sewol juga mengangkut 150 mobil.


Selain itu, Jaksa Penuntut Korsel, Park Jae-Eok, tengah menyelidiki kemungkinan bahwa kapal itu tidak dikemudikan oleh Joon-Seok tetapi perwira ketiga.


"Kapal itu dikemudikan oleh perwira ketiga ketika kecelakaan itu terjadi. Kapten saat itu sedang tidak bertugas," ujar Jae-Eok.


Menurut dia, Joon-Seok sedang berada di bagian belakang kapal, ketika kecelakaan terjadi. Jae-Eok menambahkan bahwa semua kemungkinan penyebab tenggelamnya kapal feri itu, tengah diselidiki.


"Apakah benar atau tidak mereka melakukan putaran balik secara tajam, kini tengah diselidiki," imbuh dia.


Sementara itu, Kepala Jaksa Penuntut, Lee Seong-Yoon, mengatakan tidak ada batas terhadap proses penyelidikan. Dia pun berjanji akan mengungkap secara tepat penyebab kapal itu tenggelam.


"Kami akan pastikan, siapa pun mereka yang bertanggung jawab, maka akan ditindak tegas," kata Seong-Yoon.


Pejabat Konsuler KBRI di Seoul, Didik Eko Pujianto, mengatakan tidak ada satu pun WNI yang berada di dalam kapal. Melalui pesan singkat kepada
VIVAnews
, Didik menjelaskan ada tiga warga negara asing, namun bukan berasal dari Indonesia.


SMS terakhir para korban


Berita mengenai SMS terakhir yang dikirimkan para korban hilang kepada keluarga mereka bermunculan di media. Salah satu SMS yang beredar itu berasal dari Shin Young-Jin.


Dikutip dari
BBC
, melansir Young-Jin menulis pesan terakhir “Aku sayang padamu” kepada sang Ibu. Ibunya yang terkejut menerima SMS bernada seperti itu, kemudian membalas “Ada apa? Ibu juga sayang padamu.”


Syukurlah, menurut harian Korsel, Korea Herald, Young-Jin termasuk ke dalam 179 penumpang yang berhasil diselamatkan.


Banyak orang tua lain yang juga menerima pesan terakhir dari anaknya. Namun, hingga saat ini, nasib buah hati mereka belum diketahui. Berikut percakapan antara seorang ayah dan putrinya yang berhasil diperoleh
BBC
dan media lokal Korsel.


Anak: Ayah, jangan khawatir. Aku sekarang sudah mengenakan jaket pelampung dan sedang bersama teman-teman perempuan lainnya. Kami terjebak di dalam kapal, masih di dalam koridor kapal.


Ayah: Ayah tahu bahwa tim penyelamat sudah mulai bergerak, tapi bukannya kamu sebaiknya menanti di luar koridor? Cobalah keluar selagi kamu bisa.


Anak: Kapal ini sudah dalam keadaan miring, sementara koridor begitu penuh dengan orang-orang.


Menurut laporan media setempat, siswa perempuan pengirim SMS itu masih belum ditemukan.


Sementara itu, SMS lainnya yang dipublikasikan secara luas oleh media Korsel yakni antara seorang siswa dan kakak laki-lakinya ketika kapal feri itu mulai bermasalah.


Adik: Kapal ini menabrak sesuatu dan tidak bergerak. Mereka bilang tentara perbatasan pantai baru saja tiba.


Kakak: Jangan panik. Lakukan saja apa yang mereka katakan kepadamu dan kamu akan baik-baik saja.


Namun sejak saat itu, tidak ada komunikasi lagi di antara keduanya.


Beberapa orangtua mengatakan masih dapat berkomunikasi dengan anak-anak mereka yang sempat menumpang kapal itu melalui telepon. Namun, tiba-tiba telepon terputus. Salah satu orangtua, Park Yu-Shin, mengatakan putrinya yang hingga kini masih dinyatakan hilang, sempat meminta dia untuk tenang.


“Dia mengatakan kepada saya telah mengenakan jaket pelampung. Para petugas penyelamat meminta kepada putri saya dan penumpang lainnya untuk menunggu dan diam di tempat, sehingga putri saya tetap menunggu di dalam. Dia juga mengatakan bisa melihat helikopter penyelamat,” ujar Yu-Shin.


Beberapa laporan yang belum dapat dikonfirmasi kebenarannya menyebut terdapat SMS lain dari para siswa yang hingga kini masih terjebak di dalam kapal feri yang tenggelam pada Rabu pagi itu.


Seperti diberitakan
Channel News Asia
, ini bukan kali pertama yang menjadi kecelakaan laut terburuk di Korsel. Pada Oktober 1993, 300 orang dinyatakan tewas setelah sebuah kapal feri terbalik di barat tepi pantai. (adi)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya