Manuver Calon Presiden Merayu Sekutu

ARB dan Jokowi di kantor DPP Golkar.
Sumber :
  • VIVAnews/Rohimat Nurbaya
VIVAnews – Suara telah rakyat berikan kepada partai politik pada 9 April 2014 lalu. Meski penghitungan resmi belum final, hasilnya sudah tergambar berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga. 
Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series

Tak ada partai yang menang mayoritas sehingga tak ada satu pun yang bisa mengusung calon presiden sendirian. Koalisi menjadi keniscayaan. Drama para politikus saling lobi mencari mitra koalisi kita saksikan hari-hari ini.
Nasib 5 Polisi yang Ditangkap Terkait Narkoba di Depok

Setidaknya ata tiga poros utama penjalin koalisi di pemilihan presiden yang akan berlangsung 9 Juli mendatang. Poros PDIP dengan Joko Widodo sebagai calon presidennya. Poros Golkar yang mengajukan Aburizal Bakrie. Poros Gerindra yang mencalonkan Prabowo Subianto.
Direkomendasikan oleh IDI, Apa Sih Physical Sunscreen Itu?

"Tiga partai terbesar akan menjadi pusat atau poros koalisi. Sedangkan partai di luar tiga besar akan menjadi target mitra koalisi," ujar Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan, di Jakarta, Minggu 13 April 2014.

Berdasarkan kalkulasi itu, kemungkinan poros koalisi yang muncul ada tiga opsi. Opsi pertama partai berdasarkan azas gotong royong dan perjuangan bangsa antara lain PDIP, PKB, dan Nasdem. Opsi kedua, koalisi gerakan amanat Indonesia yaitu partai Gerindra dan PAN. Opsi ketiga koalisi rakyat demokrat antara Partai Golkar dan Demokrat.

Djayadi meramalkan hanya ada tiga pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2014. Dari segi elektabilitas, calon presiden dari PDIP Joko Widodo masih menduduki peringkat tertinggi dengan 51,8 persen. Sedangkan Prabowo Subianto 22,5 persen, dan Aburizal Bakrie 11 persen.

Tujuan partai-partai berkoalisi, kata dia, agar menang di Pilpres, ikut kekuasaan, dan proyeksi posisi pemerintahan ke depan. PDIP diprediksi mendapat 105-117 kursi di DPR, Golkar 85-97 kursi, Gerindra 69-78 kursi, dan Demokrat 58-67 kursi.

Namun demikian, kata Djayadi, tidak tertutup kemungkinan munculnya opsi keempat. "Poros Demokrat bisa terjadi jika ada poros keempat," katanya.

Sementara partai yang berada dalam poros calon wakil presiden yaitu Demokrat, PKB, PAN, PKS, Nasdem, PPP, dan Hanura.

Manuver Jokowi

Calon presiden yang sudah bergerilya mencari sekutu secara terang-terangan baru Jokowi. Manuver memilih kawan koalisi tampak gencar dilakukan capres PDIP Joko Widodo pada Sabtu 12 April 2014. Seharian, tiga ketua partai dikunjunginya.

Ditemani Tjahyo Kumolo, Jokowi menyambangi markas DPP Partai Nasdem pada Sabtu pagi. Mereka bertemu Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Pertemuan yang berlangsung di Kantor DPP Nasdem itu membuahkan hasil. Nasdem menyatakan dukungan terhadap pencapresan Jokowi.

"Kami memberikan dukungan penuh," kata Surya Paloh.

"Kami mempunyai platform yang sama. Ini yang ingin kita taruh di depan," kata Jokowi.

Menurutnya, koalisi keduanya membuang jauh karakter transaksional, bagi-bagi kursi, dan bagi-bagi menteri. “Nasdem setuju dengan itu," kata Jokowi.

Setelah mendatangi Nasdem, Jokowi mendatangi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Meski sudah ada pembicaraan intensif, belum ada kesepakatan.

"Kita juga memiliki agenda yang belum tuntas, yaitu siapa cawapres. Ini juga masih butuh waktu untuk terus dilakukan pembicaraan," kata Muhaimin.

Belum Deal

Selain menemui ketua umum Nasdem dan PKB, Jokowi juga menemui Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrir. Pertemuan berlangsung di kantor DPP Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat.

Menurut ARB, hasil pertemuan tersebut Golkar dan PDIP memastikan kedua partai akan saling bertarung untuk memperebutkan kursi presiden.

Menurutnya tak ada deal soal pembagian kekuasaan. Melainkan, hanya sekadar kemungkinan kerja sama parlemen.

"Kami tidak berbicara tentang pembagian kekuasaan. Golkar dan PDIP tidak ada bagi-bagi kursi. Itu sama sekali tidak disentuh. Kalau saya atau Pak Jokowi yang terpilih, kami saling mendukung," kata ARB.

Dalam kesempatan itu, ARB pun menyebut bahwa Jokowi telah mengungkapkan niatnya untuk meminang Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya. "Pak JK mau jadi cawapres beliau, Pak Jokowi sudah sampaikan itu kepada saya," ujarnya.

Menjawab hal itu, ARB menyatakan tidak mempermasalahkan rencana Jokowi tersebut. Ia pun menegaskan, tidak takut suara Golkar terpecah karena hal itu. Hanya saja, kata dia, JK harus taat pada aturan yang berlaku di Partai Golkar.

"Asal mengikuti peraturan partai saja silakan. Kan sudah ada peraturannya. Jadi harus mengikuti aturan dari partai," kata ARB.

Meski gagal mendapatkan dukungan Golkar, Jokowi mengaku tidak kecewa. Menurut dia, setiap partai memiliki kesiapan yang berbeda-beda ketika didekati.Dia membantah memasang wajah masam usai Golkar menolak pinangan dari PDI Perjuangan pada tadi siang.

"Loh, yang bilang saya merengut itu siapa? Kalau bisa ketemu (Aburizal Bakrie), ya pasti senang dong. Kok malah dibilang kecewa?" kata Jokowi.

Dia menambahkan, kendati Golkar dan PDIP tetap mengajukan calon presiden masing-masing, namun hasil pertemuan dengan Ketua DPP Golkar Aburizal Bakrie tetap berlangsung baik.

"Ya masing-masing (partai) kan berbeda. Pasti ada yang (sudah siap) 50 persen, 70 persen, ada yang sudah 90 persen atau bahkan 100 persen. Namanya kan juga baru ketemu sekali. Mungkin butuh untuk ketemu tujuh atau 15 kali ketemu," kata Jokowi.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya