Kala Ketum PPP Tersandung Kampanye Gerindra

Prabowo Subianto dan Suryadharma Ali di Kampanye Partai Gerindra
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhoni Setiawan
VIVAnews – Kemelut internal melanda Partai Persatuan Pembangunan. Hubungan sejumlah elit partai berlambang kabah itu memanas menyusul hasil pemilihan umum 2014 yang tidak menggembirakan. 
Presdir P&G: Konsumen Adalah Bos

Berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga survei, PPP bertengger di papan tengah bawah, kisaran 6-7%.
Sah! Putri Isnari Resmi Menikah dengan Abdul Azis

Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA)dituding sebagai biang keladi buruknya perolehan suara itu. Persisnya, kehadiran dia di acara kampanye Partai Gerindra pada 23 Maret 2014 lalu. 
Heboh Ibu di Maros Aniaya Bayinya Sambil Direkam, Diduga Kesal karena Suami Pergi

Saat itu SDA berdiri sepanggung dengan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto, dan memuji mantan Danjen Kopassus itu secara terbuka di hadapan massa Gerindra.

Ini menimbulkan kemarahan sejumlah elit partai itu. Suara lantang diteriakkan Emron Pangkapi, Wakil Ketua Umum PPP, agar SDA dipecat.

“PPP ini partai besar, yang didatangi itu kan partai yang lebih kecil dari PPP. Masak dia taruh lehernya pada partai yang lebih kecil dari pada kita,” kata Emron di Jakarta, Rabu malam 9 April 2014.

Menurut Emron, internal PPP sejak kehadiran SDA di kampanye Gerindra bergejolak, dan kini semakin parah dipicu perolehan suara PPP yang tak maksimal. 

"Kehadiran SDA di kampanye Gerindra itu merendahkan martabat DPP partai,” ujarnya.

Menurut dia, kehadiran SDA yang sempat memberikan sambutan di panggung kampanye Gerindra sangat mempengaruhi perolehan suara PPP. "Ini dibuktikan dengan surat DPW, dibuktikan dengan telepon-telepon pimpinan cabang," ujar Emron.

Berdasarkan hasil Musyawarah Kerja Nasional di Bandung,  PPP seharusnya berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan pemilu legislatif, barulah membangun koalisi setelah melihat hasilnya.

Emron menyatakan, tokoh-tokoh yang wajib dijajaki oleh PPP usai pileg seharusnya 7 nama calon presiden atau wakil presiden yang telah diputuskan dalam Mukernas.

Ketujuh tokoh itu selain SDA adalah Jusuf Kalla, Joko Widodo, Din Syamsuddin, Khofifah Indar Parawansa, Isran Noor, dan Jimly Asshiddiqie. Sementara nama Prabowo Subianto tidak ada dalam daftar itu.

Dengan demikian, Emron menilai langkah SDA bertentangan dengan konstitusi partai, sebab tidak sejalah dengan hasil Mukernas PPP di Bandung, 9 Februari 2014. 

Emron berang karena posisi PPP seharusnya lebih tinggi dari Gerindra berdasarkan hasil Pemilu 2009. Ketika itu, PPP berada di posisi 6, sedangkan Gerindra di urutan 8 dengan 4,46 persen suara.

“Ketika kampanye terbuka, PPP itu lebih besar dari Gerindra. Sepatutnya Gerindra datang ke PPP, bukan sebaliknya. Lagipula, tidak ada di belahan dunia ini, ketua umum partai politik datang ke forum kampanye partai pesaingnya. Ini buat demoralisasi di tubuh PPP. Kondisi sedang bertempur, panglima perangnya malah menyerahkan leher ke lawan,” ujar Emron.

Saat itu, Suryadharma mendatangi kampanye Gerindra bersama Wakil Ketua Umum PPP Nur Muhammad Iskandar dan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz. Djan sesungguhnya bukan kader PPP, namun mendapat jabatan Menpera karena dukungan PPP.

“Ketua Umum ambil keputusan (datang ke kampanye Gerindra) tanpa sepengetahuan partai. Yang tahu hanya mereka bertiga –SDA, Nur Muhammad Iskandar, dan Djan Faridz,” kata Emron.
 
Menurutnya, kalkulasi politik apapun yang dimiliki SDA telah melanggar etika berpartai dan melanggar fatsun politik.

SDA Bergeming

Suryadharma tak terlalu serius menanggapi ancaman pemecatan itu. Dia tak menganggap ancaman itu benar-benar membahayakan kursinya sebagai orang nomor satu di partai itu.

"Karena PPP kalau ibarat perusahaan, sudah go public. Jadi banyak pemegang saham di situ. Nah karena banyak pemegang saham dan mereka punya hak bicara, biarkan mereka bicara," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis 10 April 2014.

Pencopotan ketua umum harus melalui forum yang bernama muktamar. Dia beralasan, jabatan ketua umum yang diembannya diberikan oleh forum muktamar. "Yang bisa mencopot saya itu muktamar," kata dia.

Meski demikian, SDA mengakui, tidak menutup kemungkinan ada anggota partainya yang diam-diam yang ingin menggelar muktamar untuk mencopotnya.

"Mungkin dia berhasil, mungkin juga tidak. Tak ada yang tidak mungkin. Tetapi peserta muktamar itu kan bukan hanya elite PPP, tapi seluruh cabang. Jadi itu saya kira didramatisir saja, tidak ada masalah, hahaha," kata dia.

Prabowo untuk Kyai

Sebelum kemelut ini mengemuka ke publik, SDA mengatakan kehadirannya dalam kampanye Gerindra adalah silaturahmi politik untuk membangun kebersamaan demi mengelola bangsa dan negara yang besar yang memiliki persoalan kompleks.

“Silaturahmi itu sangat positif. Paling tidak pemimpin partai politik bersatu. Ini berdampak baik untuk bangsa dan negara,” kata Menteri Agama itu.

Pada kampanye Gerindra itu, Prabowo memberikan kesempatan khusus kepada SDA untuk berbicara di hadapan massa partainya. SDA pun tak sungkan memuji Prabowo secara terbuka.

“Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat. Saya makin jatuh cinta pada Pak Prabowo. Satu presiden untuk Indonesia Raya, untuk para kiai,” kata Suryadharma.

Dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei pada pemilihan legislatif, 9 April 2014, Gerindra masuk dalam tiga besar. Posisinya ada di urutan ketiga setelah PDI Perjuangan dan Golkar, dengan perolehan suara di atas 11 persen. (umi)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya