Tak Ada Partai yang Tembus 20 Persen

Hasil Hitung Cepat LSI
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Hitung cepat dari semua lembaga survei menemukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi pemuncak dalam Pemilu 2014 ini.

Di posisi berikutnya Partai Golkar dan Partai Gerakan Indonesia Raya. Namun, tak satupun dari tiga partai ini yang berhasil menembus angka keramat 20 persen, angka yang diharapkan bisa hasilkan 20 persen kursi parlemen untuk bisa mengajukan sendiri calon presiden di Pemilihan Presiden.

Kemudian, pertarungan sengit terjadi saat memperebutkan posisi nomor 4. Ada lembaga survei yang mencatat, posisi 4 ditempati Partai Kebangkitan Bangsa namun ada juga yang Partai Demokrat. Kemudian "pertarungan sengit" juga terjadi antara Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Nasdem memperebutkan posisi 6.

Sementara semua lembaga survei konsisten mencatat

Pernah Dampingi Gibran ke Papua, Bahlil Bantah Tudingan Tak Netral

Partai Hati Nurani Rakyat berada di posisi sepuluh, Partai Bulan Bintang di posisi sebelas dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia di posisi buncit alias dua belas. Bahkan dua partai terakhir ini, di semua hitung cepat, diprediksi gagal menembus ambang parlemen (parliamentary threshold).

Dalam jumpa pers, Rabu malam 9 April 2014, peneliti LSI Network Rully Akbar menjabarkan data hitung cepat mereka saat data sampel yang sudah masuk sekitar 90,35 persen. Dari data itu, PDI Perjuangan memperoleh 19,77 persen suara dan disusul Golkar dengan 14,61 persen suara.

Di posisi ketiga ada Partai Gerindra dengan perolehan suara 11,80 persen. Selanjutnya diikuti Partai Demokrat (9,73 persen), PKB (9,07), PAN (7,47), PPP (7,08), PKS (6,61), Nasdem, (6,24), Hanura (5,26), PBB (1,36), dan PKPI (0,97). "Kesimpulan hasil quick count LSI Network, tidak ada partai yang menang besar," terangnya.

Rully menuturkan, penghitungan cepat LSI ini berbasis sampling secara acak pada 2.000 TPS di seluruh Indonesia. Jumlah TPS di seluruh Indonesia 545.645 dan jumlah pemilih 186 juta. Sementara itu, margin of error ±1 persen. "Tingkat pertisipasi pemilih 65,98 persen," katanya.

Sementara Jaringan Suara Indonesia (JSI) merilis hasil sementara perhitungan suara secara nasional dalam pemilu legislatif 2014 hingga pukul 17.30 WIB. "Di sini terlihat pengaruh isu korupsi yang melibatkan petinggi dan anggota DPR terhadap kepercayaan masyarakat untuk memilih wakil mereka di parlemen kali ini," ujar Peneliti JSI, Eka Kusmayadi di Jakarta, Rabu 9 April 2014.

Dari hasil hitung cepat tahun ini sangatlah berbeda, di mana PDIP dan Golkar saling menyusul satu sama lain. Padahal pada pemilu 2009 lalu
perebutan posisi legislatif di posisi satu dan dua adalah Demokrat dan Golkar.

Perhitungan ini berdasarkan jumlah data yang masuk sebesar 70,25 persen atau 1.405 dari 2.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel dengan partisipasi pemilih 70,64 persen.

TPS yang dijadikan sampel menyebar proporsional dan dipilih secara acak di 33 provinsi. Metode penghitungan menggunakan multistage random sampling dengan tingkat kesalahan (margin of error) plus minus 1 persen.

Tabel Hasil Survei

SIM Mati Bisa Diperpanjang, Tidak Perlu Bikin Baru

Masyarakat Diimbau Waspada Terhadap Penawaran Paket Umrah dan Haji Harga Murah

No Urut

Partai

Lembaga Survei

LSI

CN-CSIS

Indikator

Kompas

PDIP

JSI

1

Nasdem

6,39%

6,8%

6,91%

6,68%

6,49%

6,40%

2

PKB

9,05%

9,2%

8,91%

9,13%

9,9%

9,93%

3

PKS

6,61%

6,9%

6,93%

7,03%

6,31%

6,37%

4

PDIP

19,71%

19%

18,9%

19,2%

18,84%

18,94%

5

Golkar

14,59%

14,3%

14,64%

15,04%

15,7%

15,75%

6

Gerindra

11,88%

11,8%

12,26%

11,74%

11,52%

11,50%

7

Demokrat

9,71%

9,6%

9,88%

9,46%

9,36%

9,41%

8

PAN

7,46%

7,5%

7,33%

7,51%

7,74%

7,68%

9

PPP

7,01%

6,6%

6,41%

6,71%

6,35%

6,35%

10

Hanura

5,23%

5,4%

5,36%

5,08%

5,14%

5,16%

14

PBB

1,38%

1,6%

1,54%

1,49%

1,51%

1,49%

15

PKPI

0,98%

1,1%

0,94%

0,94%

1,03%

1,02%

Persentase Sampel

97,5%

97,3%

97,55%

91%

100%

70,25%

Keterangan:

LSI - Lingkaran Survei Indonesia

CN-CSIS - Cirus Network dan Centre for Strategic and International Studies

JSI: Jaringan Suara Indonesia

Jokowi Effect Gagal

Peneliti sekaligus pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network, Denny JA, Rabu 9 April 2014, menilai popularitas bakal calon Presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo tidak memberikan dampak signifikan terhadap perolehan suara partainya.

"Kalau dilihat sekarang ini, efek Jokowi tidak sebesar yang orang duga, dia tidak bisa mendongkrak suara PDIP sebesar 30 persen. Hasil sekarang ini mustahil PDIP bisa mendongkrak suara sebesar itu," kata Denny di kantornya.

Menurut Denny, elektabilitas Jokowi menurun dipengaruhi kampanye negatif terhadap Gubernur DKI Jakarta tersebut. Menurunnya popularitas Jokowi ini baru pertama kali terjadi, selama ini selalu meningkat.

"Berdasarkan survei kami terhadap Jokowi, ini baru pertama kali suara dia menurun. Dulu selalu naik, kami tidak tahu apakah Juli nanti suaranya akan naik seperti sebelumnya," kata Denny.

Dibandingkan dengan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono pada April 2009 lalu dengan Jokowi sekarang, SBY jauh lebih unggul popularitasnya. 

Denny juga tidak bisa memprediksi apakah Pilpres mendatang berlangsung hanya satu putaran atau dua putaran.

“Jokowi di April 2014 (Pileg) tidak sekuat SBY ketika April 2009 lalu. SBY dulu 60 persen, sedangkan Jokowi sekarang 40 persen saja. Makanya waktu itu (2009), saya berani kampanye satu putaran saja,” katanya.

Sementara Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS), Philips J. Vermonte, juga melihat kegagalan "Jokowi Effect".  "Calon legislatif PDIP harusnya bekerja lebih keras, tapi mungkin karena merasa diambang kemenangan jadi terlena, sedangkan partai lain bekerja keras. Pemilih yang tadinya ingin memilih PDIP jadi berpaling," katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat.

Dari hasil hitung cepat (quick count) ini, juga diketahui angka golput menurun dan tingkat partisipasi pemilih mencapai 70 persen. "Ini menggembirakan dari sisi kuantitas. Ada ketertarikan pemilih menentukan wakilnya lima tahun mendatang," ungkap dia.

Jokowi, sang calon Presiden dari PDIP, mengaku tidak puas dengan perolehan suara di bawah 20 persen itu. "Tapi, itulah pilihan rakyat, hasilnya PDI Perjuangan urutan pertama saja itu harus disyukuri. Alhamdulillah, harus disyukuri," kata Jokowi di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu malam, 9 April 2014.

Jokowi menuturkan, karena tidak tercapainya target itu, dia akan segera mendiskusikan apa penyebab kegagalan PDIP pada Pemilu kali ini. Menurut dia, pembicaraan dilakukan di rumah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar No 27 A, Menteng, Jakarta Pusat.

Jokowi mengungkapkan, salah satu penyebab tidak tercapainya target dari PDIP itu karena ada kesalahan dalam marketing politik. Kemudian, penyebab lainnya adalah kurang maksimalnya mesin politik di bawahnya. Ia mengatakan, seharusnya para calon legislatif lebih maksimal lagi menggeber penggalangan massa di beberapa daerah yang menjadi basis perolehan suara partai lainnya.

"Memang gasnya kurang mentok. Karena memang ada kondisi-kondisi tertentu. Kami mau iklan saja terhambat. Maunya juga mengiklankan sejak lima tahun lalu, tapi kan cuma bisa tiga hari. Itu kan berpengaruh juga," tuturnya.

"Semua partai gerak dengan gas yang mentok. Semua caleg dari berbagai partai gerak di akar rumput. Artinya persaingan partai di akar rumput ketat sekali," kata Jokowi.

Meski tak mencapai target, Ketua Umum PDIP Megawati mengatakan, untuk tahun ini, PDI Perjuangan menang di 15 provinsi yakni, Bali, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, Bangka, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Barat, Bengkulu, dan Banten. Untuk itu, Megawati menginstruksikan kader PDIP untuk memantau proses rekapitulasi suara.

ARB Tetap Optimistis

Meski berdasarkan perhitungan cepat Partai Golkar diprediksi menempati urutan kedua, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) tetap optimistis. ARB mengatakan melihat hasil hitung cepat, baik PDI Perjuangan maupun Golkar sama-sama tidak memenuhi target suara masing-masing. Meski demikian dia yakin perolehan kursi Golkar akan dapat banyak. "Saya yakin di atas 20 persen kursi DPR," katanya.

Kepada PDI Perjuangan yang di dalam hitung cepat menempati urutan pertama disusul Partai Golkar, ARB mengucapkan selamat. "Saya ingin mengucapkan selamat pada PDIP atas hasil quick count yang diberikan lembaga-lembaga survei di mana PDI Perjuangan no 1 dan Golkar no 2," ujarnya.

Meski hitung cepat belum 100 persen, ARB yakin polanya tidak berubah. Dia juga akan menunggu hasil resmi perhitungan KPU. "Partai Golkar akan menerima apa pun hasil pemilu ini," kata ARB.

ARB mengatakan, Golkar juga mengapresiasi KPU dan pemerintah yang bekerja dengan baik. Dia juga mengapresiasi rakyat yang juga ikut mensukseskan pemilu.

ARB juga memastikan, apapun hasil Pemilu ini, Partai Golkar juga tidak akan mengubah keputusan mencapreskan dirinya. "Insya Allah, tetap maju (jadi calon presiden). Di Golkar tidak ada calon lain. Calon lain elektabilitasnya di bawah ARB," ujar ARB.

ARB mengatakan, meski suara diprediksi nomor dua, dia yakin perolehan kursi Golkar bisa tinggi. Karena itu, dia bisa mendapat tiket pencapresan dari kursi itu.

Menurut ARB, ia selalu optimistis bisa memenangi pilpres. Apalagi pengalaman pemilu selama ini pemenang Pemilu belum tentu memenangkan pilpres. "Seperti Pak SBY dulu di 2004, saat itu Partai Demokrat hanya tujuh persen, tapi bisa menang di pilpres," ungkapnya.

Demokrat Siap Beroposisi

Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menyatakan partainya siap menjadi oposisi di pemerintahan mendatang. Pernyataan tersebut diungkapkan SBY saat menggelar konferensi pers di kediamannya, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Rabu 9 April 2014.

"Ada yang menanyakan, kalau presiden bukan diusulkan dari Demokrat, apakah Demokrat akan jadi oposisi atau tetap di pemerintahan? Jawaban saya, dua-duanya memungkinkan. Bisa di pemerintah kalau cocok. Kalau lebih baik di luar pemerintahan, kami siap di posisi oposisi," kata SBY.

Pertanyaan lain, yang menurut SBY diajukan kepadanya yakni terkait koalisi Partai Demokrat setelah Pemilu Legislatif. SBY menegaskan, hingga kini Demokrat belum menentukannya.

"Kami tengah berkonsolidasi, dan menentukan setelah peta politiknya jelas. Demokrat juga ingin berkomunikasi dengan semuanya, sehingga kalau malam ini kami belum tentukan sikap soal koalisi," ujar dia.

SBY pun menyebut Demokrat kerap ditanya soal koalisi dengan Partai Gerindra. Menurut SBY, terlalu dini baginya untuk menjawab pertanyaan tersebut. "Dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi. Menurut von Bismark, definisi itu sendiri, politics is the art of the possibility. Saatnya belum tepat menjawab pertanyaan spesifik seperti itu," kata SBY yang mengenakan baju kemeja kotak-kotak saat menggelar jumpa pers itu.

Selaku Kepala Negara, SBY juga mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilu 2014. "Perhitungannya sejauh ini lancar, beri kesempatan kepada KPU untuk merampungkan secara resmi," ucapnya.

Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera membantah temuan sejumlah lembaga survei yang menempatkan partai Islam ini di posisi paling top nomor 6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membuat penghitungan cepat sendiri yang diklaim lebih akurat karena bersifat real count berbasis data saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pusat Tabulasi Suara Nasional PKS melalui data hasil real count internal menunjukkan, hingga pukul 18.23 WIB, PKS memperoleh 9,44 persen suara atau berada di posisi keempat. Suara tertinggi diraih PDIP 18,93 persen, Partai Golkar 15,21 persen, diikuti Partai Gerindra 11,48 persen.

Presiden PKS Anis Matta menunjukkan, 10 partai yang diperkirakan lolos parliamentary threshold tidak berjarak terlalu lebar. Seperti diketahui, Anis Matta kerap menyatakan bahwa proses politik dan demokrasi semestinya adalah sebuah fun game atau permainan yang menyenangkan sekaligus tidak membahayakan.
 
Anis juga menyebut bahwa prediksi beberapa lembaga penelitian bahwa PKS akan terperosok akibat kasus yang ditimpakan kepada kadernya yang juga mantan Presiden PKS, tidak terbukti bila melihat hasil hitung cepat hampir semua lembaga.  Anis Matta menyatakan, dengan kekuatan yang merata pada 10 partai sejauh ini, membuat setiap partai akan berhitung tentang koalisi yang paling diminati rakyat.
 
Dan bicara koalisi untuk Pemilihan Presiden, Denny JA, memprediksi hanya ada tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada pemilihan presiden. Tiga capres itu adalah Aburizal Bakrie (ARB) dari Golkar, Joko Widodo yang diusung PDI Perjuangan dan satu capres lagi masih diperebutkan.

"Mungkin Prabowo, Wiranto, pemenang konvensi Partai Demokrat atau koalisi partai Islam," kata Denny menjelaskan kepada wartawan di kantornya.

Menurut Denny, besar kemungkinan tidak ada partai politik yang akan mengusung capres sendiri. Semua partai butuh mitra koalisi untuk mengusung capres. Seandainya PDIP meraih 25 persen suara, belum tentu bisa mendapatkan 20 persen kursi sebagai syarat untuk memajukan capres sendiri. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya