Pasang Surut Capres Hasil Survei

Deklarasi Pemilu Damai Pilpres 2009
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Jelang perhelatan pemilihan presiden 2014, banyak lembaga survei merilis hasil survei calon presiden pilihan publik. 

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, masih langganan di posisi teratas.

Beberapa tokoh lainnya, seperti Ketua Umum PMI Jusuf Kalla, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, juga selalu menguntit.

Survei terbaru Pol-Tracking Institute yang dirilis Minggu, 22 Desember 2013, menempatkan Jokowi menjadi capres dengan elektabilitas tertinggi. 

Survei itu dilakukan 13 September-11 Oktober 2013 dengan melibatkan 2.010 responden berusia minimal 17 tahun di seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan lewat wawancara tatap muka dan metode multi stage random sampling dengan margin error 2,19 persen.

Dari survei itu, Jokowi dipilih oleh 37,46 persen responden. Sedangkan capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menempati posisi kedua sebesar 11,72 persen.

Di belakang Prabowo, capres dari Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menempel ketat dengan tingkat elektabilitas 11,67 persen.

"Prabowo dan ARB hampir sama. Ini tidak bisa dilihat urutannya nomor satu atau dua," kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda saat menjelaskan hasl survei di Hotel Morrisey, Jakarta.

Menguntit, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan perolehan 6,12 persen, Wiranto (5,78 persen), Megawati Soekarnoputri (3,31 persen), Mahfud MD (2,17 persen), Hatta Rajasa (1,33 persen), Surya Paloh (1,17 persen), dan Dahlan Iskan (1,09 persen).

Publik juga memiliki syarat untuk capres agar dipilih. Sebanyak 97,14 persen masyarakat menginginkan capres yang memiliki integritas moral dan kejujuran.

Sebanyak 93,09 persen menginginkan tokoh yang berpengalaman memimpin, 95 persen menginginkan pemimpin yang memiliki kepedulian, 93 persen menginginkan capres yang memiliki kemampuan, 86 persen ingin pemimpin yang memiliki visi jangka panjang dan 60 persen publik mempertimbangkan penampilan yang menarik.

"Integritas moral dan kepedulian adalah dua karakter penting yang harus dimiliki oleh kandidat. Hal ini krusial di tengah banyak isu politik yang mendegradasi kepercayaan publik pada dua karakter ini," kata dia. [Baca selengkapnya: ]

Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) serupa. Survei CSIS menempatkan Jokowi berada di peringkat teratas dengan perolehan 34,7 persen.

Di posisi kedua, Prabowo Subianto, dengan perolehan 10,7 persen. Aburizal Bakrie berada tipis di bawah Prabowo dengan angka elektabilitas 9 persen.

Wiranto berada di posisi keempat dengan elektabilitas 4,6 persen. Tokoh lainnya, Jusuf Kalla (3,7 persen), Megawati (3,3 persen), Mahfud MD (1,8 persen), dan Hatta Rajasa (0,6 persen). Responden yang belum menentukan calon pemimpinnya mencapai 22,8 persen.

Survei CSIS dilakukan dengan metode wawancara langsung tatap muka di 33 provinsi pada 13-20 November. Mereka mengambil 1.180 responden dengan margin of error 2,85 persen.

Survei Indo Barometer yang dirilis Minggu 22 Desember 2013, juga menunjukkan hasil tak jauh beda. Seandainya pilpres dilakukan hari ini, Jokowi adalah capres yang akan terpilih dengan perolehan 25,2 persen. Di posisi kedua Aburizal Bakrie 10,5 persen.

Selanjutnya, Prabowo (9,7 persen), Wiranto (6,1 persen), Megawati (6,0 persen), Muhaimin Iskandar (1,2 persen), Jusuf Kalla (1,0 persen), Dahlan Iskan (0,8 persen), Susilo Bambang yudhoyono (0,6 persen), Mahfud MD (0,6 persen).

Pengumpulan data dilaksanakan pada 4–15 Desember 2014. Survei dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1.200 orang, dengan margin of error sebesar 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia (berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan). Pengumpulan data dengan wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Apa kabar capres Demokrat?
Untuk ikut bertarung di Pilpres 2014, Partai Demokrat menjaring sejumlah tokoh, baik internal maupun eksternal partai.

Pengunjung Coba Kelabui Petugas Lapas Yogyakarta Simpan Pil Koplo di Betis, Malah Ketahuan

Muncul nama-nama beken seperti, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua DPR Marzuki Alie, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, dan mantan KSAD Pramono Edhie Wibowo.

Rupanya, nama besar mereka tidak serta merta menjadi daya tarik bagi masyarakat.

Survei Reform Institute yang dirilis Rabu 18 Desember 2013 menyebutkan, sebanyak 52,33 persen responden menyatakan tidak akan memilih calon dari konvensi Partai Demokrat.

Reform Institute menggelar survei nasional pada 4-25 November 2013 dengan jumlah sampel 1.500 responden. Margin of error 3,53, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara dilakukan secara tatap muka. Pemilihaan sampel menggunakan metode multi stage random sampling.

Kata peneliti Reform Institute, Zaim Saidi, kondisi tersebut menunjukkan masyarakat masih belum percaya kepada capres partai berkuasa tersebut. Terlebih, elektabilitas partai pemenang Pemilu 2009 itu juga berada di bawah Partai Golkar, PDIP dan Gerindra dengan angka 9,27 persen saja.

"Turunnya elektabilitas Partai Demokrat disebabkan oleh perilaku dan kasus-kasus korupsi yang menimpa beberapa kader partai itu," ujarnya.

Dari kondisi terpuruk itu, Dahlan Iskan menjadi peserta yang memperoleh elektabilitas tertinggi dengan 21,93 persen. Posisi kedua ditempati Marzuki Alie dengan perolehan 7,47 persen. Disusul Irman Gusman (7,13 persen), Anies Baswedan (3,47 persen, Sinyo Haris Sarundajang (2 persen).

Gita Wirjawan, salah satu peserta konvensi yang gencar melakukan sosialisasi, hanya menempati urutan ketujuh dengan perolehan 1,13 persen, di bawah Pramono Edhie yang memperoleh 1,33 persen.

Mendapati hasil elektabilitasnya rendah, Gita Wirjawan, melalui Koordinator Nasional Gita Indonesia, Reza Fahlevi, membantah survei Reform Institute tersebut. Menurut Reza, survei Reform Institute tidak akurat dan melenceng dari fakta.

"Untuk sekarang Pak Dahlan memang di atas Pak Gita. Tapi yang Reform keluarkan itu, sampai Irman Gusman, Sarundajang nomor lima itu di luar yang sesungguhnya. Kenapa kok tokoh-tokoh itu di atas? Kenapa Pak Gita ada di urutan berikutnya. Itu tidak semua benar," kata Reza kepada VIVAnews, Kamis, 19 Desember 2013.

Reza mengatakan, pihaknya juga mengadakan polling internal. Hasilnya, tren elektabilitas Gita sangat positif, dan popularitasnya meningkat tajam. Khususnya di kalangan pemilih pemula atau anak muda yang jumlahnya diperkirakan mencapai 60 juta orang.

"Sasaran kami ke sana. Jumlah relawan dari ke hari meningkat di atas 10 ribu, tersebar di 15 provinsi. Mereka ada yang sopir taksi, pemusik, Slankers, olahragawan, dan lain-lain," katanya.

Reza mengakui, elektabilitas Gita awalnya memang rendah, hanya 1,7 persen. Setelah rajin menggelar kegiatan di kampus-kampus, aktif di sosial media, popularitasnya di kalangan anak-anak muda sudah di atas 20 persen.

Survei lembaga lain, Pol-Tracking Institute juga menunjukkan peringkat peserta konvensi yang tak jauh beda dengan hasil survei Reform Institute.

Hasil survei lembaga ini menunjukkan, Dahlan Iskan berada di posisi teratas dengan perolehan 16,9 persen. Posisi kedua, Marzuki Alie (4 persen), Pramono Edhie berada di posisi ketiga dengan perolehan 2,3 persen. Disusul Anies Baswedan (2 persen), Irman Gusman (1,2 persen), Ali Masykur Musa (1,1 persen), dan Gita Wirjawan (0,8 persen).

Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto mendapat 0,6 persen, Hayono Isman (0,6 persen), mantan Dubes Indonesia untuk AS Dino Pati Jalal (0,2 persen) dan Sinyo Harry Sarungdajang (0,1 persen).

Sementara, yang tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 70,5 persen. "Mereka tidak memilih karena mereka tidak tahu (konvensi)," kata Direktur Eksektif Pol-Tracking, Hanta Yuda. [Baca selengkapnya: ]

Anggota Komite Konvensi Partai Demokrat, Effendi Gazali tak heran jika sebagian besar masyarakat tidak tahu ada konvensi partai Demokrat. Sebab, menurut dia, konvensi calon presiden ini seperti sebuah keramaian yang tidak menarik.

Pelaku Ditangkap, Begini Modus Sopir Taksi Online Todong Penumpang Rp 100 Juta

Tidak adanya unsur kontestasi juga membuat konvensi capres  kurang dilirik masyarakat. [Baca selengkapnya: ]

HNW dan Anis calon kuat dari PKS
Partai Keadilan Sejahtera tengah menjaring bakal calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2014. Namanya Pemilihan Raya (Pemira). Bedanya dengan Demokrat, penjaringan capres ala partai pimpinan Anis Matta itu hanya diikuti kader sendiri.

Dari 22 kandidat yang diikuti 22 kandidat, didapati dua kandidat unggul. Keduanya adalah Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid. Presiden dan mantan Presiden PKS itu mengungguli 20 kandidat lain yang menjadi bakal calon.

"Sudah mengerucut," kata Anggota Majelis Syuro PKS Jazuli Juwaini di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 10 Desember 2013.

Bagaimana perolehan suara Anis dan HNW? Menurut Jazuli, Anis Matta unggul di Indonesia Timur, seperti Maluku, Papua, Sulawesi, dan Kalimantan. "Kecuali Sulawesi Utara oleh Pak HNW," kata dia.

Sementara, Hidayat merajai wilayah Jawa, misalnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Tetapi, Jawa Barat dimenangkan oleh Ahmad Heriyawan. Sementara di daerah Sumatera, HNW dan Anis Matta memiliki suara yang sama-sama kuat.

Namun demikian, Jazuli menerangkan bahwa sampai saat ini belum ada pengumuman resmi. Lembaga Pelaksana dan Penokohan Kader (LPPK) saat ini belum memutuskan berapa kader PKS yang akan diajukan ke majelis syuro untuk kembali diseleksi.

"LPPK belum putuskan berapa, karena ada dua pemikiran tiga atau lima orang," kata dia.

Menurutnya, mereka menenggat keputusan itu sampai akhir Desember. "Akhir Desember akan ketahuan siapa capres PKS," kata dia. (sj)




Viral Jambret Bawa Kabur Mobil Patroli Polisi di Jaksel, Begini Kronologinya
Ayah dari King Nassar, Ahmad Hasan Sungkar

Innalillahi, King Nassar Berduka Ayahanda Meninggal Dunia

Kabar duka datang dari pedangdut Nassar Sungkar atau King Nassar. Ayahanda Nassar, Ahmad Hasan Sungkar meninggal dunia pada hari ini, Jumat, 29 Maret 2024.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024