Ekonomi ASEAN Tumbuh Stabil, Bagaimana Posisi Indonesia

Suasana KTT ASEAN di Brunei Darussalam
Sumber :
  • REUTERS/Ahim Rani

VIVAnews - Kabar gembira datang dari Kantor Sekretariat ASEAN di Jakarta. Menurut statistik terkini, perekonomian sepuluh negara ASEAN saat ini - termasuk Indonesia - tergolong stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di Asia Tenggara ini berkat membaiknya industri di sektor jasa, yang belakangan makin mantap menjadi tulang punggung perekonomian kawasan. 

Statistik yang dipublikasikan Sekretariat ASEAN awal pekan ini mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (GDP) perhimpunan sepuluh negara Asia Tenggara itu pada 2012 naik 5,7 persen menjadi sebesar US$2,31 triliun. "Terus bertumbuhnya ekonomi di kawasan ini tercermin dari membaiknya GDP per kapita dari US$3.591 pada 2011 menjadi US$3.751 [pada 2012]," demikian ungkap Sekretariat ASEAN.

Data terkini juga menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata lima anggota utama ASEAN - yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand - atau ASEAN5 telah meningkat 5,1 persen selama semester pertama tahun ini. Pertumbuhan itu sebagian besar didorong oleh pesatnya pembangunan ekonomi di Filipina dan Thailand.

Di sisi lain, GDP ASEAN pada 2012 naik 5,7 persen, atau lebih besar 1 persen dari data 2011. Tingkat pertumbuhan ekonomi ASEAN5 melebihi para anggota lainnya (yang tergabung dalam kelompok BCLMV), masing-masing sebesar 5,8 persen dan 5,3 persen.

Dalam tingkat kurs internasional, berdasarkan paritas daya beli (PPP), GDP ASEAN pada 2012 mencapai PPP US$3,62 triliun, sedangkan GDP per kapita ASEAN sebesar PPP US$5.869.

ASEAN menilai bahwa sektor jasa di Asia Tenggara telah menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan itu, saat sektor pertanian telah menurun dalam tujuh tahun terakhir. Pada 2012, sektor jasa berkontribusi bagi mayoritas GDP sepuluh negara ASEAN, rata-rata mulai dari 35 persen hingga lebih dari 60 persen dari GDP.

Ekonomi ASEAN5 kini secara bertahap bergerak ke sektor tertier, sementara kelompok BCLMV tengah membangun sektor sekunder dan tertier di negeri masing-masing. BCMLV adalah sebutan untuk kelompok negara anggota di luar ASEAN5, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Namun, di balik pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN masih harus mengatasi tantangan besar, yaitu mengatasi jurang kesenjangan pembangunan di kalangan anggota. Data terkini ASEAN itu menunjukkan bahwa masih belum meratanya pertumbuhan ekonomi dan penyebaran kemakmuran di Asia Tenggara, sehingga perhimpunan ini masih terbagi atas dua kelompok, yaitu ASEAN5 dan BCLMV.

Kesenjangan ini diakui oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, Le Luong Minh. "Mempersempit kesenjangan pembangunan merupakan syarat untuk menuju ASEAN yang setara, namun masih ada beberapa jarak dalam pembangunan di kalangan negara ASEAN dalam beberapa sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pendapatan," kata Minh dalam buku "Narrowing the Development Gap in ASEAN: Drivers and Policy Options" yang terbit tahun ini.
    
Buku itu memberi contoh betapa timpangnya pembangunan di ASEAN. Pada 2010, sebagai negara terkaya di ASEAN, Singapura memiliki pendapatan tahunan per kapita yang besarnya hampir 45 kali lipat dari yang dimiliki anggota termiskin di perhimpunan itu, Myanmar.

"Pada tahun yang sama, proporsi rakyat yang hidup dengan uang di bawah US$1 di Laos sebesar 33,9 persen dari total populasinya dan di Kamboja 28,3 persen. Padahal di Singapura maupun di Brunei Darussalam tidak ada orang yang bisa hidup di bawah US$1," tulis buku itu, yang menghimpun pendapat ilmiah para pakar tentang ASEAN. 

Perkuat Integrasi

Kendati masih harus menyelesaikan masalah kesenjangan pembangunan, data terkini mengenai pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara itu membuat ASEAN makin optimistis untuk mewujudkan integrasi anggota-anggotanya. Bernama Masyarakat ASEAN, pada dua tahun mendatang perhimpunan itu akan mengintergrasikan politik, ekonomi, dan sosial-budaya antaranggota.

Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, Asia Tenggara mulai 2015 akan mewujudkan suatu pasar bebas yang menjamin bebasnya aliran barang, jasa, investasi, pekerja terlatih, dan lalulintas modal antaranggota. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di kawasan menuju 2015 menjadi persiapan yang baik untuk mewujudkan pasar bebas intra-kawasan. 

Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN, Nyan Lynn, mengungkapkan bahwa secara keseluruhan semua negara anggota sudah siap untuk masuk ke Masyarakat Ekonomi ASEAN. "Secara keseluruhan, rata-rata 82,5% dari semua aksi menuju Komunitas ASEAN 2015 telah dituntaskan atau sedang dikerjakan. Ini termasuk 79,7% pilar ekonomi," kata Lynn di Jakarta pada 16 Oktober lalu usai melaporkan hasil KTT ASEAN yang berlangsung di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
 
Lynn mengatakan bahwa sejumlah inisiatif ekonomi yang dijalankan di bawah Rancang Biru Komunitas ASEAN telah mengubah lansekap bisnis di Asia Tenggara melalui sejumlah peluang bisnis yang lebih baik. "Ini terlihat dari mantapnya pertumbuhan GDP di kawasan dan juga aliran investasi asing ke ASEAN dalam beberapa tahun terakhir," kata Lynn.

Stabilnya pertumbuhan ekonomi ASEAN telah diakui oleh masyarakat internasional. Sebagai raksasa ekonomi nomor dua dunia, China, telah menyatakan bahwa dalam  beberapa tahun mendatang sepuluh negara ASEAN - termasuk Indonesia - akan lampaui posisi yang ditempati Amerika Serikat sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi Negeri Tembok Besar itu. Pasalnya, hubungan dagangan ASEAN dengan China melesat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

"Sejak ASEAN dan China memberlakukan Kerjasama Perdagangan Bebas (FTA) pada 2010, volume perdagangan kedua pihak melesat cukup tajam. Dalam kurun sepuluh tahun kedua pihak telah banyak menghasilkan. Pada 2002 nilai perdagangan China -ASEAN US$54,77 miliar dan pada 2012 sebesar lebih dari US$400 miliar, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 22 persen. Pertumbuhan ini sangat tinggi," ungkap Liang Wentao dalam pertemuan dengan delegasi jurnalis ASEAN, termasuk VIVAnews, di Beijing akhir September 2013.

Bahkan, selama delapan bulan pertama 2013 volume perdagangan China-ASEAN kedua pihak sudah cukup fantastis. "Hingga Agustus lalu, walau di tengah pelemahan ekonomi global, nilai perdagangan kedua pihak sudah US$284,3 miliar. Jumlah ini lebih besar dari China dengan Amerika Serikat," ungkap Liang, yang menjabat Deputi Direktur Jenderal Urusan Asia pada Kementerian Perdagangan.

Saat ini, ASEAN menduduki peringkat ketiga sebagai mitra dagang terbesar bagi China, di bawah Uni Eropa dan Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun mendatang, posisi ini akan berubah."Dengan memperhatikan laju pertumbuhan perdagangan belakangan ini, kami yakin ASEAN akan melampaui posisi AS sebagai mitra dagang kedua terbesar bagi China," lanjut Liang.  
 
Ini dimungkinkan mengingatkan ASEAN dan China memiliki ekonomi yang relatif stabil ketimbang negara-negara di kawasan lain. Apalagi kedua pihak memiliki populasi yang sangat besar, bila digabung menjadi sekitar 1,8 miliar jiwa.

"Dengan pendapatan yang semakin meningkat, para konsumen di China juga menambah permintaan akan produk-produk impor dari Asia Tenggara, terutama produk pertanian. Buah-buahan dari Asia Tenggara sangat disukai masyarakat China," kata Liang.

Kesiapan Indonesia

Cerita Soal Baby Box, Ria Ricis Seolah Pertegas Tentang Nafkah Batin

Pemerintah Indonesia menyambut baik kabar terkini pertumbuhan ekonomi ASEAN tersebut. "Ya, itu bagus," kata Menteri Keuangan Chatib Basri usai rapat di DPR, Senin 21 Oktober 2013.

Lalu, apa yang akan dilakukan Indonesia untuk terus berkontribusi dalam pasar ASEAN? Chatib tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia hanya menyebutkan bahwa Indonesia memegang peran mayoritas dalam pertumbuhan ekonomi ASEAN.

"Ekonomi Indonesia itu 50 persen ekonomi ASEAN. Jadi, kalau ekonomi Indonesia naik, ekonomi ASEAN juga ikut naik," kata dia.

Namun, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga harus mampu memanfaatkan momentum stabilnya perekonomian tingkat kawasan untuk meningkatkan ekonomi nasional. Kalangan pengusaha berharap bahwa Indonesia jangan terlena dengan statusnya sebagai anggota terbesar dan berpopulasi terbanyak di Asia Tenggara, sehingga lebih sering dimanfaatkan sebagai pasar oleh negara-negara mitra tanpa mengembangkan kapasitas produksi dalam negeri.  

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri, Anindya Novyan Bakrie, pernah mengatakan Indonesia sebaiknya dapat memanfaatkan peluang yang tercipta ketika Komunitas ASEAN diterapkan pada 2015 mendatang. Menurut dia, saat itu, para pengusaha memiliki pangsa pasar yang lebih besar lagi untuk digenggam, yakni sekitar 600 juta orang. Namun apabila Indonesia gagal memanfaatkan peluang itu, justru penduduk di negara sendiri yang malah dijadikan pangsa pasar oleh negara lain.

"Kalau di dalam bisnis dikenal istilah business soft skill yang dapat dimanfaatkan untuk bisa melayani orang lebih banyak lagi. Siapa tahu kita bisa menggarap pasar yang berjumlah 600 juta orang itu," kata Anindya ketika berbicara dalam forum "ASEAN 9th Youth Assembly For ASEAN 2015" di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ketika ditanya apakah Indonesia siap menjelang Komunitas ASEAN 2015, itu semua bergantung kepada daya saing yang dimiliki oleh masyarakatnya. "Pada intinya kan yang namanya persaingan itu bisa memberikan yang terbaik bagi konsumen. Sementara selama ini kita tidak ingin hanya menjadi konsumen, sehingga harus berani untuk menjadi pemain juga," ungkap Anindya.

Untuk dapat menjadi pemain dalam masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia harus menentukan terlebih dahulu ingin menguatkan produk atau jasa di bidang apa. "Sehingga itu harus ditentukan dulu dan dibuat analisanya. Yang pasti Indonesia harus berpikir besar karena negara lain juga begitu," kata dia.

Ditanya soal sosialisasi Komunitas ASEAN di kalangan pengusaha, Anindya mengatakan rata-rata para pengusaha dan pebisnis sudah tahu. Namun mereka masih beranggapan waktunya masih panjang. "Padahal kita akan masuk Komunitas ASEAN dalam waktu sekitar 75 minggu lagi. Jadi jangan hanya dilihat tahun 2015-nya saja," lanjut dia.

Ketua Dewan Direktur Bakrie Global Ventura itu berharap Komunitas Masyarakat ASEAN tahun 2015 mendatang dapat mengerek status sosial semua warga di Indonesia agar naik kelas dan turut merasakan kesejahteraan.

Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi
Harvey Moeis, suami dari artis Sandra Dewi ditetapkan sebagai tersangka korupsi

Kuasa Hukum Sebut Harvey Moeis Tidak Akan Ajukan Praperadilan

Kejagung telah menetapkan Harvey Moeis sebagai tersangka kasus dugaan korupsi timah.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024