AS Dapat Dana Segar, Krisis Utang "Ditunda" Hingga Awal 2014

Sumber :
  • REUTERS

VIVAnews - Rakyat Amerika Serikat, dan juga pelaku pasar keuangan dunia, untuk beberapa saat bisa lega setelah mendengar keputusan Kongres mengenai jalan keluar mengatasi krisis utang dan anggaran pemerintah AS. Keputusan di Capitol Hill pada Kamis pagi WIB membuat AS bisa selamat dari ancaman gagal bayar utang (default), seperti yang selama ini dikhawatirkan para pemain bursa dan investor global.

Bagi rakyat Amerika sendiri, keputusan Kongres juga membuat mereka bisa kembali menikmati layanan-layanan pemerintah setelah 16 hari tutup akibat shutdown (penghentian operasional pemerintah). Sekitar 800.000 ribu pekerja kantor pemerintah atau lembaga publik, yang selama dua minggu lebih dirumahkan, bisa kembali bekerja mulai Kamis ini setelah pemerintah mendapat dana segar dari Kongres untuk pembiayaan operasional.

Namun, kesepakatan yang terjadi di gedung Kongres bukanlah suatu solusi jangka panjang. Kesepakatan itu hanya berlaku untuk beberapa bulan dan tidak secara tuntas mengatasi krisis anggaran dan utang yang tengah membelit pemerintah AS dalam beberapa tahun belakangan. Kedua kubu, Demokrat dan Republik, masih belum bersepakat soal pembiayaan anggaran jangka panjang dan beberapa program yang dimajukan pemerintah dukungan Demokrat, terutama soal tunjangan sosial dan kesehatan publik yang populer disebut "Obamacare" dan usulan kenaikan pajak bagi orang-orang kaya.  

Kesepakatan Kongres ini tercipta melalui pemungutan suara, baik di tingkat Senat maupun di DPR. Dalam siaran langsung televisi CNN pada Rabu malam waktu Washington DC (Kamis pagi WIB), komposisi suara di Senat adalah 81 mendukung, 18 menolak, sedangkan di DPR 285 mendukung 144 menolak. Kebanyakan yang menolak adalah para politisi Partai Republik yang beroposisi.

Menurut kantor berita Reuters, materi yang jadi bahan pemungutan suara di Kongres adalah soal proposal yang diajukan Senat mengenai solusi sementara mengatasi krisis shutdown dan pagu utang, yang untuk sementara waktu akan membuat AS terhindar dari status gagal bayar (default) pada tenggat 17 Oktober waktu AS. Jadi tenggat waktu, karena pada tanggal itu Departemen Keuangan AS tidak bisa membayar semua utang dan kewajiban fiskal bila tidak ada persetujuan dari Kongres.

Maka, muncul angin segar saat proposal dari Senat menyarankan Kongres memperpanjang kewenangan kepada pemerintah untuk kembali meminjam atau menerbitkan surat utang negara hingga 7 Februari 2014, yang kemungkinan besar melampaui pagu utang lama sebesar US$16,7 triliun. Namun, Departemen Keuangan AS masih diberi kewenangan untuk memperpanjang kapasitas kreditnya bila Kongres masih juga gagal menghasikan keputusan yang permanen melewati 7 Februari mendatang.

Selain masalah pagu utang, Senat merekomendasikan DPR segera mengucurkan anggaran membiayai operasional kantor-kantor pemerintah hingga 15 Januari 2014. Proposal ini bisa mengatasi sebagian krisis shutdown di kantor-kantor pemerintah, yang dimulai sejak tahun fiskal baru pada 1 Oktober lalu.

Sebelum disetujui melalui pemungutan suara, perlu sebelas jam bagi para anggota Senat menggodok proposal tersebut karena tarik-ulur kepentingan antara politisi Demokrat dan Republik soal perbedaan pandangan mereka mengenai penentuan anggaran bagi pemerintah. Menurut pemimpin fraksi mayoritas (Demokrat) di Senat, Harry Reid, proses ini sangat tidak mengenakkan. "Jangan lagi kita bikin kesalahan yang sama," tutur Reid.

Sementara itu, Presiden Barack Obama menyambut baik keputusan di Kongres, yang sangat krusial dalam menyelamatkan ekonomi AS dan juga bisa berdampak bagi ekonomi global. Dia menyatakan segera menandatangani proposal yang telah disepakati di Kongres menjadi undang-undang.

Namun, dia berharap jangan terulang lagi proses yang berkepanjangan di Kongres dalam merumuskan solusi atas krisis anggaran bagi pemerintah AS. "Kita harus keluar dari kebiasaan baru serius memerintah saat sedang ada krisis," kata Obama seperti dikutip stasiun berita BBC.    

Berbagai kalangan selama ini berharap Kongres bisa segera menghasilkan keputusan yang menyetujui proposal tersebut sebelum tenggat waktu pembayaran utang muncul pada 17 Oktober 2013. Salah satu pihak yang sangat berharap adanya kesepakatan di Kongres dalam waktu dekat adalah Kamar Dagang dan Industri AS.

"Konsekuensi yang diemban bagi ekonomi dan komunitas bisnis Amerika akan jadi sangat ekstrem bila status default dibiarkan terjadi," kata Bruce Josten dan Kadin AS.  Status default AS, lanjut Josten, akan memperburuk posisi AS dalam utang jangka panjang, defisit perdagangan, dan anggaran belanja.

Penilaian serupa diutarakan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, setelah mendengar kesepakatan di Kongres. "Ekonomi dunia terhindar dari potensi bencana setelah muncul persetujuan di Kongres untuk menaikkan pagu utang AS US$16,7 triliun," kata Kim.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Reaksi Pasar

Sementara itu, kalangan pasar saham menyambut baik keputusan Kongres AS. Beberapa saat setelah mendengar persetujuan dari mayoritas anggota Senat, indeks saham Dow Jones di bursa Wall Street ditutup menguat signifikan pada akhir transaksi Rabu sore waktu setempat.

Indeks-indeks saham di Asia pun menggeliat. Menurut data dari ABC News, Indeks Harga Saham Jepang, Nikkei, naik 1,2 persen menjadi 14.636,17. Hal serupa terlihat di saham Hang Seng Hong Kong, yang harganya ikut terkerek 0,3 persen menjadi 23.286,21.

Saham Shanghai Composite China mengalami kenaikan 0,6 persen ke angka 2.204,78 dan Kospi, Korea Selatan naik 0,2 persen menjadi 2.037,32. Kenaikan juga terjadi di lantai bursa di Australia, Singapura, Malaysia, Selandia Baru dan Filipina.

Namun beberapa pengamat penilai bahwa kesepakatan itu hanya berlangsung sementara. Proposal yang disetujui di Capitol Hill tidak menyentuh akar permasalahan dan dikhawatirkan akan kembali muncul dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu dilontarkan seorang analis dari Credit Agricole CIB di Hong Kong.

"Drama soal anggaran AS dan batas ambang utang memang sudah selesai untuk saat ini. Kami memiliki perpanjangan jangka pendek tapi situasi serupa akan muncul kembali di awal tahun depan," ungkap analis tersebut seperti dikutip laman ABC News, Rabu 16 Oktober 2013.

Kendati demikian, para analis berharap respon pasar akan semakin membaik dalam waktu dekat usai kekisruhan mengenai anggaran terlampaui.

Opini serupa juga dilontarkan ahli anggaran Stan Collender dan dilansir stasiun berita CNN. Collender bahkan mempertanyakan apa yang dapat dicapai oleh anggota Senat dan DPR hanya dalam jangka waktu hampir empat bulan terkait anggaran.

"Mereka tidak melakukan apa pun dalam jangka waktu dua tahun. Lalu mengapa tiba-tiba semua orang berpikir akan terjadi sesuatu dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan?" ujar Collender.

Ini semua, imbuh Collender, hanya merupakan kesempatan bagi beberapa pihak untuk mundur sejenak dan menyusun strategi baru. Bahkan dua analis lainnya yakni Sean West dari Eurasia Group dan Greg Valliere dari Potomac Research, mengaku turut skeptis bahwa kedua pihak itu -- Republik dan Demokrat -- dapat satu suara dalam kebijakan kontroversial sekalipun.

Sementara pakar komunikasi dalam penyelesaian krisis, Jonathan Bernstein, memprediksi di bulan Januari 2014, kemungkinan tidak akan lagi terjadi penghentian layanan pemerintah atau shutdown. Hal itu berdasarkan pengalaman di masa lalu.

Bernstein yang kerap menulis opini di laman Washington Post, mengatakan belum pernah terjadi perdebatan alot mengenai anggaran dalam beberapa dekade terakhir yang diakhiri dengan perpanjangan shutdown. Kalaupun ada, kata Bernstein, hanya berlangsung selama tiga hari.

Penyebab perpanjangan shutdown juga bukan karena tidak adanya tenggat waktu. Malah sebaliknya tenggat waktu harus dibuat untuk menindaklanjuti apa yang akan terjadi di tahun 2014 nanti.

Pertanyaannya kini, kata Bernstein, bukan apa yang akan terjadi ketika waktu mendekati tenggat waktu, namun lebih kepada apakah faksi Partai Republik tidak akan lagi melakukan aksi serupa.

Aksi yang dimaksud yaitu menggunakan shutdown untuk menggagalkan UU Kesehatan Terjangkau atau lazim disebut Obama Care. Apabila mereka sepakat untuk melakukan aksi serupa, apakah seluruh anggota partai lantas akan memfasilitasi hal itu.

"Namun bukan berarti, anggota Partai Republik akan mengurungkan tuntutan mereka. Hal ini hanya bermakna bahwa mereka tidak memiliki alat tambahan dalam melawan aksi shutdown," ujar Bernstein. (sj)




5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa
Ilustrasi perkelahian dan pengeroyokan.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Para anggota TNI itu diduga tak terima Prada Lukman dikeroyok preman di Pasar Cikini, Rabu, 27 Maret 2024. Prada Lukman membela ayah rekannya yang dipalak kawanan preman.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024