Menguak Misteri Pembunuhan Holly di Apartemen Kalibata

Holly Angela Hayu
Sumber :

VIVAnews - Kematian tragis perempuan cantik bernama Holly Angela Hayu ini bak cerita di novel-novel misteri pembunuhan saja. Meski sudah menetapkan sejumlah tersangka, Kepolisian masih harus memecahkan teka-teki: siapa otak pembunuhan perempuan berusia 37 tahun itu.

Holly tewas bersimbah darah setelah disiksa di kamar apartemennya, Kalibata City, Jakarta Selatan, 30 September lalu. Polda Metro Jaya sudah menangkap dan memeriksa dua tersangka, yakni Tersangka lainnya, Elriski Yudistira tewas di apartemen yang sama setelah jatuh saat melarikan diri. Polda masih mengejar tersangka R yang diduga menjadi eksekutor pembunuhan.

BNI Bakal Terbitkan Global Bond US$500 Juta, Jadi Incaran Investor Asing

Untuk mendalami kasus ini, Polda Metro Jaya juga berencana memeriksa Auditor Utama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gatot Supiartono. Dalam catatan medis, suami Holly bernama Gatot Supiartono.

Penyidik Subdit Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya memastikan Gatot masih berada di Jakarta. Gatot pun sudah sudah dicegah ke luar negeri karena kasus pembunuhan ini. 

Arus Mudik di Aceh Diprediksi Meningkat 9 Persen pada 2024

"Kami yakinkan surat pemanggilan itu sudah sampai ke yang bersangkutan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Rikwanto, Senin 14 Oktober 2013. Gatot, imbuhnya, akan diperiksa sebagai saksi.

Dia berharap, Gatot bisa memenuhi panggilan Polda Metro Jaya itu setelah perayaan Idul Adha. "Antara tanggal 16 atau 17 Oktober 2013 agar diperiksa sebagai saksi," kata Rikwanto.

Menguak otak pembunuhan Holly ini, kriminolog Universitas Indonesia (UI) Mulyana W Kusuma punya analisis sendiri. Mulyana yakin, otak kejahatan memiliki hubungan sosial yang relatif dekat secara emosional. "Hal ini terlihat dari cara Holly tewas," kata Mulyana.

Di sisi lain, Mulyana pun menilai eksekutor pembunuhan Holly adalah orang suruhan yang tidak profesional. Pola kerja para pelaku, imbuhnya, lebih mendekati ciri detektif swasta ketimbang pembunuh bayaran.

Hal ini terlihat dari kepanikan para pelaku kala petugas keamanan apartemen mendobrak kamar Holly. "Elriski tewas waktu melompat untuk melarikan diri," jelasnya.

Indikasi lainnya, kata Mulyana, terlihat dari proses pengintaian yang bermarkas di tower yang sama, sejak Agustus 2013. Para pelaku menyewa kamar di lantai 6 Tower Ebony untuk enam bulan untuk mengawasi Holly dari dekat. Untuk mengelabui penghuni apartemen lain, mereka berpura-pura sebagai

Pembunuh bayaran yang profesional, jelasnya, akan bekerja efisien dan sejak awal mereka sudah menentukan target menghilangkan nyawa Holly. "Efisien, tidak memerlukan modus operandi rumit yang memakan waktu dan risiko," imbuhnya.

Dengan menyewa apartemen dekat kamar Holly, imbuhnya, para pelaku sudah tak efisien karena meninggalkan banyak jejak. "Ini semakin menunjukkan bahwa kelompok pelaku bukan pembunuh bayaran."

Lebih lanjut Mulyana menganalisis, ada fakta bahwa Holly dicekik dengan ikatan tali charger handphone. Mencekik dengan ikatan korban (ligature strangulation) seringkali digunakan dalam kekerasan untuk memaksa korban memberikan jawaban atau keterangan yang dikehendaki pelaku.

Hal ini diperkuat oleh fakta memar pada punggung korban, diperkirakan akibat dipukul berulang-ulang dengan besi berukuran 50 (cm) yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP). "Penyiksaan ini kemungkinan besar dilakukan untuk memburu pengakuan atau memaksa korban memberikan keterangan tertentu."

Ketahui Manfaat dan Risiko Saham Blue Chip, Dapatkan Dividen yang Konsisten

Mulyana pun meminta Polisi segera mengungkap dalang pembunuhan sadis ini. Pengakuan dari para tersangka yang ditangkap, menurut Mulyana, bisa jadi modal awal menyeret otak pembunuhan.

Peti gitar
Tragedi ini bermula saat Holly baru saja pulang dari rumah ibu angkatnya, Senin malam 30 September 2013. Sambil berbicara dengan ibu angkatnya di telepon, Holly berjalan santai menuju kamar apartemennya bernomor E 09 AT.

Saat masuk kamar, tiba-tiba tangan Holly ditarik oleh sosok misterius yang semestinya tidak berada di dalam kamarnya. Kedua pembunuh sudah masuk ke kamar itu, sebelum Holly tiba di apartemennya.

Kata Polisi, para pelaku masuk ke kamar itu menggunakan kunci palsu. Holly tidak menyadari ada orang di dalam kamarnya. Nah, dari siapa pelaku mendapat kunci duplikat, hal ini masih misteri hingga kini.

Holly kemudian dianiaya hingga sekarat dan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Polisi yakin pembunuhan Holly ini direncanakan sejak lama. Polisi pun mengkategorikan kasus ini sebagai

Holly telah diintai sejak Agustus 2013. Para pembunuh Holly yang total terdiri dari empat orang menyewa kamar E06BE yang berada di lantai 6 apartemen Holly di Kalibata City, Jakarta Selatan. Kamar itu dijadikan markas untuk menyusun rencana pembunuhan.

Dalam pengakuan terbaru, dua tersangka S dan AL mengatakan, jasad Holly semula akan dibuang ke laut. Jika, rencana pembunuhan ini berjalan sempurna dan mulus.

"Itu sebagai alternatif bila mereka tidak menemukan lokasi pembuangan. Bahkan, peti yang diperuntukkan untuk membawa jasad Holly juga sudah disiapkan sedemikian rupa," jelas Rikwanto, Senin 14 Oktober 2013.

Para pelaku sudah menyiapkan peti berupa hardcase (bungkus luar) gitar berukuran 100x50x50 cm untuk menyimpan jasad Holly. Tak lupa, mereka juga menyiapkan kopi yang diyakini bisa menghilangkan bau busuk mayat.

Namun, semua rencana itu berantakan dan gagal karena para pelaku tidak mengantisipasi telepon Holly yang masih tersambung dengan ibu angkatnya. Sang ibu sempat mendengar suara Holly yang meminta tolong karena kesakitan disiksa. Ibu angkat Holly pun kemudian menghubungi kerabat lainnya untuk menolong Holly.

Tapi, pertolongan itu datang terlambat. Saat petugas keamanan apartemen dan anggota keluarga mendobrak pintu kamar, Holly sudah sekarat. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya