Konflik di Mesir Terus Makan Korban

pendukung presiden Mursi bentrok dengan polisi
Sumber :
  • REUTERS/Asmaa Waguih

VIVAnews - Belum terlihat ada tanda-tanda upaya damai antara dua kubu yang berseteru di Mesir. Padahal konflik yang sudah merenggut nyawa lebih dari seratus jiwa itu telah berlangsung hampir satu bulan dan makin banyak warga dunia yang cemas akan masa depan Mesir, negeri seribu piramid yang bisa hancur oleh perang saudara.

Konflik antara para pengikut kelompok Ikhmanul Muslimin yang pro-Presiden Mohamed Mursi, yang dikudeta 3 Juli lalu, dengan kubu anti-Mursi yang didukung militer masih berlanjut. Para simpatisan Ikhwanul yakin bahwa militer dan kubu oposisi telah mencemarkan cita-cita Revolusi 2011 dengan mengkudeta Mursi, presiden yang menang pemilu.

Mereka menuntut Mursi segera dibebaskan dan dikembalikan mandatnya sebagai Presiden. Sebaliknya, kubu oposisi dukungan militer yakin bahwa Mursi sejak berkuasa telah bersikap otoriter seperti rezim Hosni Mubarak sehingga harus digulingkan.

Kedua kubu masih bersikukuh. Mereka pun tidak segan-segan siap baku hantam lagi seperti hari-hari sebelumnya saat berdemo di lokasi yang sama.

Ikhwanul Muslimin hari Senin ini tetap melanjutkan aksi demonstrasi massal dengan bergerak ke suatu fasilitas militer di Kairo, yang diduga menjadi tempat Mursi ditahan sejak dia dikudeta. Menuru seorang juru bicara Ikhwanul, seperti dikutip kantor berita Reuters, aksi demo Senin waktu setempat dimulai dari masjid Rabaa al-Adawiya di Kairo bagian utara

Mereka tidak takut dengan ancaman militer dan juga tetap tidak gentar atas insiden berdarah akhir pekan lalu. Dalam suatu insiden Sabtu subuh pekan lalu sedikitnya 72 pendukung Mursi ditembak mati oleh petugas keamanan saat mereka berunjuk rasa di Kairo.

"Darah dan jiwa kami korbankan demi Mursi!" seru para pengunjuk rasa, seperti dilaporkan kantor berita Reuters, saat mereka mulai bergerak dari kompleks masjid menuju kompleks kantor intelijen militer yang berjarak beberapa kilometer.

Mereka mengacuhkan peringatan dari pemerintah Mesir Minggu kemarin yang menyatakan bahwa pihak keamanan tidak akan segan-segan melancarkan tindakan yang tegas kepada para demonstran bila mendekati fasilitas yang tidak boleh didekati, termasuk markas intelijen militer.

Menurut kantor berita MENA, seperti yang dikutip stasiun Al Arabiya, peringatan itu diumumkan Dewan Pertahanan Nasional. Dewan itu beranggotakan sejumlah pemimpin transisi, yaitu Presiden Adly Mansour, Perdana Menteri dan jajaran kabinetnya, termasuk Jenderal Abdel-Fattah al-Sisi. Dia adalah panglima militer merangkap menteri pertahanan dan merupakan tokoh kunci kudeta atas Mursi. 

Titik demonstrasi pendukung Mursi tidak hanya berpusat di sekitar markas intelijen militer, namun juga di titik-titik strategis seperti Lapangan Tahrir, Istana Presiden, di depan Kompleks Universitas Kairo di Giza dan lain-lain.

Para pendukung Ikhawanul Muslimin yakin bahwa pemerintahan transisi yang didukung militer mencari-cari kesalahan atas Mursi untuk membenarkan kudeta mereka. Sejak dijungkalkan, Mursi tidak diberi kesempatan untuk bebas. Dia mendekam di tahanan militer.

Tim kejaksaan Mesir tengah mengendus dugaan bahwa dia berkonspirasi dengan milisi perlawanan Palestina di Gaza, Hamas, untuk melancarkan serangan di Mesir selama pergolakan pada 2011. Bagi pendukung Ikhwanul, itu adalah tuduhan semena-mena. "Dia bukan ditahan, tapi diculik," kata Shaimaa Mohamed, seorang demonstran pro-Mursi seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera.

Mengenal Empat Zaman yang Digambarkan dalam Ramalan Jayabaya

Bersama para demonstran di luar Universitas Kairo di Giza, Mohamed yakin bahwa pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kudeta itu tengah menyandera legitimasi pemerintahan Mursi untuk dijadikan tebusan bagi kepentingan mereka.

"Kami tidak akan pernah berkompromi. Kami tidak akan menyerah hingga dia didudukkan kembali sebagai presiden dan kekuasaannya dikembalikan dan juga hingga pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kematian para pemrotes bisa ditindak," lanjut Mohamed.

Sementara itu, pihak yang anti Mursi juga tidak kalah sengit dalam menyuarakan aksi protes mereka. Ezzat Amin, yang berdemonstrasi di kubu anti Mursi, menilai bahwa kelompok Ikhwanul harus bertanggungjawab atas kisruhnya konflik di Mesir.

"Kalau saya harus menyalahkan pihak lain, saya salahkan ke Ikhwanul Muslimin," kata pria berusia 37 tahun itu, yang juga dikutip Al Jazeera. Bagi dia, kelompok pendukung Musri itu sama otoriternya dengan rezim Mubarak. "Ikhwanul Muslimin hanyalah sisi lain dari koin Mubarak," lanjut Amin. Namun, dia juga tidak setuju bila Mesir kembali dikuasai oleh militer. 

Mursi Dipindahkan

Sebelum para demonstran bergerak menuju markas intelijen militer, yang diduga menjadi tempat Mursi ditahan, muncul kabar bahwa mantan presiden itu akan dipindahkan ke penjara lain. Menurut kantor berita Reuters, Mursi akan segera dipindahkan ke Penjara Torah yang berada di pinggir ibukota Kairo. Di tempat itu juga sebelumnya ditahan Husni Mubarak, anak-anaknya, dan mantan anggota kabinetnya sejak 2011 silam.

Informasi itu diperoleh dari Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim, Sabtu kemarin. Namun saat didesak wartawan di mana Mursi kini ditahan, Ibrahim enggan mengungkapkannya. Dia hanya mengatakan kasusnya masih dalam penyelidikan hakim.

Sebelumnya, pengadilan Mesir mengeluarkan perintah penahanan selama 15 hari untuk Mursi. Dia dituduh jadi mata-mata Hamas dan ikut membantu pembobolan penjara pada revolusi yang menggulingkan Mubarak.

Dalam kesempatan itu juga, dia berjanji akan membubarkan kerumunan massa pendukung Mursi. Hal itu dilakukan setelah mendapat keberatan yang diajukan secara hukum oleh penduduk di sekitar Masjid Rabiah al-Adawiyah.

Para penduduk di sana, disebut Ibrahim mulai merasa terganggu oleh kehadiran para demonstran, karena akses mereka untuk ke luar masuk jadi terbatas. "Tuhan akan menentukan, bahwa aksi  ini akan berhenti dengan cara yang tidak lagi mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Kami berharap mereka dapat berpikir jernih dan bergabung dalam proses politik kami," ungkap Ibrahim.

Bentrokan yang terjadi sejak Jumat pekan lalu antara massa Ikhwanul Muslimin dengan aparat menewaskan 120 orang. Menurut juru bicara IM, Gehad El-Haddad, banyak korban tewas ditembak peluru tajam di dada dan kepala.

"Mereka tidak menembak untuk melukai, tetapi mereka sengaja menembak untuk membunuh kami. Lubang peluru ditemukan di kepala dan dada korban tewas," ujar El-Haddad.

Ibrahim menyangkalnya, menurutnya polisi hanya menggunakan gas air mata untu membubarkan para pengunjuk rasa dari jembatan, karena ditakutkan jembatan itu dapat runtuh akibat sering menjadi lokasi pembakaran ban bekas.

Dia malah menuduh balik kelompok pendukung Mursi yang lebih dulu memicu terjadinya aksi kerusuhan dengan melukai anggota polisi. Lebih dari 4.000 orang terluka dalam bentrokan tersebut.

Penilaian SBY

Konflik politik berdarah di Mesir sudah mengundang simpati dan keprihatinan dari para pemimpin mancanegara. Di Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan menggunakan istilah bahasa Inggris, menyebut masalah itu rumit, sulit, dan berbahaya.

"Situasi di Mesir, saya harus mengatakan delicate, difficult dan dangerous. Kalau kita melihat ratusan ribu masa yang berhadapan seperti itu, konflik horizontal sulit dicegah dan korban sudah berjatuhan," kata kata Presiden SBY di kantornya, Senin 29 Juli 2013.

Pemerintah Indonesia, kata SBY, tidak akan memberikan masukan apapun kepada Mesir atas situasi yang terjadi saat ini. Indonesia pun pernah memiliki titik balik yang kurang lebih sama pada era reformasi tahun 1998.

Saat itu, kata dia, sejarah menakdirkan militer Indonesia yang tadinya kuat dan menjadi faktor dominan di era sebelumnya, namun pada era reformasi justru mendapat tekanan luar biasa.

"Ketika banyak hal dilucuti dari kekuasaan atau peran politik kaum militer, itu pada prinsipnya bisa diterima militer itu sendiri. Meskipun mengalami banyak hal, set back, disorder, tapi Alhamdulillah perjalanan reformasi dan transformasi kita relatif baik," tuturnya.

Berdasarkan referensi pribadinya, setelah Mubarak tidak menjadi presiden, dengan euforia dan semangat perubahan, reformasi dan pemilihan umum, mungkin tidak semua elemen merasa tidak mendapatkan peluang yang sama. Kaum militer, kata SBY, tidak mendapatkan peran, bahkan mungkin merasa dipinggirkan.

"Tapi pandangan saya pribadi, kalau militer juga melakukan langkah di Mesir menghentikan kekuasaan seseorang, itu juga persoalan sendiri. Timbal balik yang menurut saya pada titik paling sulit," tuturnya.

Menurutnya, dalam keadaan seperti ini sebaiknya kedua belah pihak bisa menahan diri agar tidak banyak korban berjatuhan. Masyarakat internasional dan PBB lebih baik mencarikan solusi dan membantu proses rekonsiliasi. Negara-negara sekitar juga ada baiknya membuat teduh, bukan memisah-misahkan.

"Saya telah memerintahkan duta besar kita, agar masyarakat kita di sana terkontrol. Ribuan mahasiswa kita di Al Azhar jangan melibatkan diri dalam konflik apapun, stay off, jauhi tempat berbahaya dan pelihara komunikasi," tuturnya.





Ilustrasi gender atau jenis kelamin.

7 Negara yang Miliki Toilet Netral Gender di Dunia, Mayoritas di Asia!

Beberapa negara telah memulai pembangunan toilet gender netral sebagai upaya untuk menyediakan fasilitas yang inklusif bagi kelompok LGBTQ+. Toilet gender netral infonya.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024