Ujian Nasional SMA 2013 Kacau, Salah Siapa?

Ilustrasi pelajar atau mahasiswa
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Mestinya ujian nasional serentak digelar. Di seluruh Indonesia Senin 15 April 2013. Tapi gagal. Setidaknya 5.109 siswa Sekolah Menengah Atas harus menunggu hingga Kamis pekan ini. Jumlah siswa sebanyak itu menyebar pada 11 provinsi di kawasan Indonesia Tengah.

Polisi Bongkar Sifat Sopir Truk Ugal-ugalan yang Sebabkan Kecelakaan di GT Halim

Sebelas provinsi di kawasan Indonesia Tengah itu antara lain Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.

Ujian itu ditunda bukan karena anak-anak SMA itu tak siap, tapi orang tua yang menyiapkan soal ujian itu yang  kurang beres. Ghalia Indonesia Printing, perusahaan yang bertanggungjawab atas percetakan dan distribusi soal ujian untuk 11 provinsi itu memang kurang siap. Ghalia adalah satu dari 5 perusahaan yang mendapat tender mencetak kertas ujian nasional tahun 2012/2013.

Arema FC Langsung Tatap Laga Lawan PSS 

Kepastian penundaan itu diumumkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Minggu petang, 13 Maret 2013. Cuma beberapa jam sebelum ujian dilaksanakan. Mendadak. Itu sebabnya banyak yang mempertanyakan kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan ujian ini.

Tapi Menteri Nuh menjelaskan, “Kalau ujian maju murid protes luar biasa. Kalau ujian digeser mundur, saya yakin murid-murid merasa senang. Jadi ini tidak perlu didramatisir.” Dalam jumpa pers yang digelar di Gedung Kemendikbud di Jakarta itu, Nuh memastikan bahwa soal ujian untuk siswa di Indonesia Tengah tidak sama dengan soal ujian di Indonesia Timur.

Sentil Gugatan Paslon 01 dan 03 di MK, Qodari Soroti 2 Hal Ini

Dia juga meminta maaf. Penundaan ini, katanya, benar-benar karena persoalan teknis belaka. “Sangat berat bagi kami. Ini benar-benar masalah teknis di percetakan,” kata Nuh.

Terlambat untuk begitu banyak provinsi memang cukup mengherankan, sebab ujian nasional bukan sesuatu yang tiba-tiba. Sudah lama direncanakan. Bahkan terjadwal setiap tahun. Jadi mestinya, semua persoalan teknis seperti ini sudah diperhitungkan. Dan inilah untuk pertama kalinya di Indonesia, ujian nasional ditunda hanya karena perusahaan yang menang tender itu tidak siap.

Menteri Nuh memang bakal bertindak tegas. Akan membentuk Tim Investigasi, demi menyelidiki keterlambatan Ghalia Indonesia Printing itu. Dia berjanji akan mengumumkan hasil investigasi itu. “Yang pasti PT Ghalia akan di-black list,” katanya.

Mengapa Ghalia yang tidak siap itu, bisa menang tender? Nuh menjelaskan bahwa 5 perusahaan yang menjadi pemenang tender itu lulus melewati proses yang ketat. Para pemenang dinilai dari pengalaman, sistem yang dimiliki dan kemampuan teknis dalam mengerjakan proyek. Mekanisme tender ini digelar secara terbuka.

Preseden Buruk

Pemerintah sejumlah daerah di kawasan Indonesia Tengah, menilai bahwa penundaan itu adalah preseden buruk. Dan tentu saja mereka punya alasan menilai begitu dan bukan karena hendak “mendramatisir” sebagaimana disampaikan Menteri Nuh.

Dengarlah penjelasan Sekretaris Daerah Kota Bitung, Edison Humiang, Sulawesi Utara ini. Pemerintah, kata dia, seharusnya mempersiapkan ujian nasional ini secara  matang. Penundaan ini, tegasnya, tentu saja merugikan murid.

Di beberapa sekolah di Indonesia Tengah, ujian nasional memang bukan semata-mata persoalan belajar belaka. Tapi banyak persiapan teknis yang mengikutinya. Dari persiapan keamanan hingga persiapan tempat tinggal khusus bagi anak-anak SMA selama ujian berlangsung. Bahkan, banyak anak-anak yang sudah mengeluarkan uang demi menyewa tempat tinggal.

Meski ada kemungkinan soal beban biaya itu, Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Utara, Star Wowor, kepada VIVAnews menengaskan bahwa hingga saat ini belum ada sekolah yang mengeluh. Soal penundaan itu, katanya, tidak ada sekolah yang keberatan. Star mengaku terus berkordinasi dengan pemerintah pusat soal ujian ini. Mudah-mudahan lancar dan tidak terlambat lagi.

Meski lolos seleksi ketat, sebagaimana disampaikan Menteri Nuh, Ghalia Indonesia Printing memang belum berpengalaman mencetak soal ujian begitu banyak. Mereka hanya pernah mencetak soal untuk Provinsi Sumatera Barat.

Hal itu disampaikan oleh Direktur PT Ghalia sendiri, Lukman Hamzah. Perusahaan, katanya, belum berpengalaman mencetak soal untuk 11 provinsi. Perusahaan kewalahan menyeleksi dan menyelesaikan produksi naskah tiap sekolah untuk Indonesia Bagian Tengah. Kendala utamanya adalah kurangnya SDM, sementara jumlah yang dicetak banyak.

Keterlambatan pengiriman soal, lanjut Lukman, karena order dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terlambat. Seharusnya sudah diorder 60 hari sebelum ujian, tapi tahun 25 hari sebelum ujian soal baru dikirim.

Ghalia Indonesia Printing, kata Lukman, sama sekali tidak punya masalah dengan mesin. Mesin mampu mencetak soal sesuai pesanan. Kini, demi mempercepat percetakan, Ghalia akan menambah tenaga kerja. Dari mahasiswa 200 orang dan 200 orang dari perusahaan.

Masalah di Wilayah Lain

Masalah seputar ujian nasional itu, tidak hanya terjadi di wilayah Indonesia Tengah, tapi juga di beberapa wilayah yang lain. Puluhan sekolah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara juga gagal menggelar ujian. Karena distribusi soal kurang beres.

"Dari pendataan, kendala ini terjadi merata di semua wilayah Sumut. Ada yang ikut, ada yang tidak. Sebagian tetap melaksanakannya," kata Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, saat mengunjungi salah satu SMK di Deli Serdang.

Selain Kabupaten Deli Serdang, sebanyak 42 sekolah SMA sederajat di Kabupaten Simalungun juga terpaksa menunda pelaksaan ujian. Berdasarkan surat edaran dari Badan Standar Pendidikan Nasional (BSPN) pada Minggu malam, ujian akan dialaksanakan pada 22-25 April 2013. Mundur selama satu pekan.

Penundaan juga terjadi  di sekolah di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Sidempuan, Kota Pematang Siantar dan Kota Medan.

Bila ratusan sekolah di sejumlah provinsi itu menunda jadwal ujian, SMA 4 Kota Tanggerang terpaksa mengandakan sendiri soal ujian dengan fotokopi karena jumlahnya kurang. Setidaknya 80 siswa di sekolah itu yang mendapat lembar pertanyaan fotokopi.

Pelaksanaan ujian nasional di sejumlah sekolah di Kota Bekasi, Jawa Barat, juga kurang mulus.  Lembar jawaban dan lembar naskah soal berbeda. Lembar soal Bahasa Indonesia, namun di lembar jawaban sesuai kodenya adalah Bahasa Inggris. Perbedaan itu terjadi di SMKN 1, SMKN 2 dan SMK Bina Mandiri.



 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya