Jasa Sang "Perempuan Besi" untuk Dunia

Margaret Thatcher
Sumber :
  • Margaret Thatcher Foundation

VIVAnews - "Bila kita cuma hanya ingin disukai, maka siap-siap harus berkompromi atas hal apapun dan kapan pun, dan kita bakal tidak mendapat apa-apa."

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?

Baroness Margaret Thatcher menyampaikan pernyataan itu pada 3 Mei 1989, saat merayakan 10 tahun dia berkuasa sebagai perdana menteri Inggris.

Itu merupakan salah satu kutipan terkenal dari Thatcher, yang meninggal dunia pada 8 April kemarin, di usia yang sudah sangat sepuh, 87 tahun. Banyak yang suka dan tidak sedikit pula yang membenci Thatcher, perempuan pertama di Inggris yang menjadi perdana menteri hingga 11 tahun lamanya (1979-1990). Namun, para lawan dan sekutu politik Thatcher di Partai Konservatif mengakui almarhumah sebagai pemimpin besar Inggris setelah Perdana Menteri Winston Churchill.

Maka, seperti dikutip stasiun berita BBC, muncul usulan agar upacara pemakaman Thatcher berlangsung semegah Churchill, yang wafat pada 28 Januari 1965. Ratu Elizabeth II beserta keluarga kerajaan hingga rakyat Inggris saat itu tumpah ruah di London untuk memberi penghormatan terakhir kepada Churchill, pahlawan pembawa kemenangan bagi Inggris semasa Perang Dunia II.  

Masih diperdebatkan di Inggris, terutama di kalangan politisi dan serikat buruh, apakah jasa Thatcher memang sebesar Churchill. Namun, banyak negarawan dunia seperti Presiden Barack Obama dari Amerika Serikat dan Kanselir Angela Merkel dari Jerman sepakat bahwa Thatcher turut berjasa mengakhiri Perang Dingin, yang mengakhiri persaingan ideologis negara-negara Blok Barat yang liberal dengan Blok Timur yang komunis, sekaligus membawa komunisme pada keruntuhannya.

"Lady Thatcher adalah seorang figur pemimpin dalam kehidupan politik Inggris. Beliau akan dikenang sebagai seorang pemimpin, mungkin satu-satunya yang telah mengambil langkah lebih besar dalam mengubah Inggris dan menyiapkannya untuk menghadapi tantangan di masa mendatang," kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Mark Canning, mengenang Thatcher.  

"Banyak ide yang Beliau cetuskan, meskipun saat itu terlihat radikal, sekarang diterima oleh seluruh pemerintahan di dunia... Thatcher akan dikenang sebagai salah satu figur pemimpin politik yang sangat berpengaruh di masanya,” lanjut Canning dalam pernyataannya yang dikirim ke VIVAnews.

Perempuan Besi

Jauh sebelum Thatcher wafat, media massa Inggris menjuluki dia sebagai "Perempuan Besi." Sebagai satu-satunya perempuan Inggris yang bisa meniti karir politiknya ke panggung kekuasaan, Thatcher selalu bersikap keras dan, seperti ucapannya di atas, susah diajak kompromi. Tidak sedikit ucapan-ucapannya yang kontroversial.

"Dalam politik, bila ingin segalanya cuma diomongkan belaka, mintalah ke laki-laki... tapi, bila ingin segalanya jadi beres, mintalah ke perempuan," kata Thatcher dalam pidatonya suatu waktu pada 1982, yang membuat merah telinga para politisi Inggris, yang kebanyakan adalah laki-laki.  

Gaya bicara Thatcher memang lantang dan terkesan arogan. Di mata sesama politisi dan juga jurnalis, seperti yang dituturkan Richard Quest dari CNN, Thatcher terbilang pemimpin yang keras kepala dan mau menang sendiri.

Tidak sedikit pula kebijakan Thatcher selama memerintah yang membuat marah para warga Inggris, terutama serikat buruh. Di awal dekade 1980an, para pegawai sejumlah perusahaan publik seperti British Petroleum, British Gas, dan British Airways dalam sekejap berubah status menjadi pegawai swasta saat kantor mereka diprivatisasi Thatcher, sehingga mereka bisa gampang dipecat kapan saja. Thatcher pun terkenal dengan sikap antinya terhadap serikat buruh.

Namun, tidak sedikit pula warga yang bersyukur negeri mereka diperintah Thatcher. Dialah yang menuntun Inggris menunju sistem ekonomi pasar bebas. Semua orang berkesempatan untuk menjadi kaya dan bisa punya properti atau rumah sendiri, tanpa harus menyewa lagi dari pemerintah.

"Saya bisa membeli rumah sendiri di usia 22 tahun. Saya berterima kasih kepada Thatcher karena membuat saya bisa pindah dari rumah susun sewa," kata Mark Guard, seorang sineas yang kini berusia 48 kepada Reuters. Dia mengaku menghabiskan masa kecilnya dengan tinggal di rumah susun sewa milik pemerintah. 

Thatcherisme

Semasa Thatcher berkuasa, peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi diminimalisir, pajak-pajak dikurangi, dan perusahaan-perusahaan yang sebelumnya diasuh pemerintah diharuskan berkembang sendiri. Kebijakan-kebijakan itulah yang kini dikenal sebagai "Thatcherisme." 

Deregulasi dan privatisasi merupakan ciri khas Inggris di bawah Thatcher. Menurut Reuters, dia tak segan menjual perusahaan-perusahaan milik negara, mulai dari pembuat baja, pabrik mobil, produsen pesawat, raksasa minyak dan gas, maskapai penerbangan dan perusahaan telekomunikasi.

Pembakar Al-Quran Salwan Momika 'Diusir' dari Swedia, Kini Pindah ke Norwegia

Bahkan rumah-rumah susun milik pemerintah pun dia lepas dengan harga diskon bagi para penghuninya. Berkat deregulasi warisan Thatcher, London pun berkembang menjadi pusat keuangan dunia.

Kebijakan-kebijakan Thatcher itu diteruskan oleh penggantinya yang juga sesama politisi Konservatif, John Major. Bahkan, sebagai perdana menteri Inggris berikutnya dari Partai Buruh Baru yang berkuasa di pertengahan dekade 1990an, Tony Blair pun mengadopsi sebagian Thatcherisme dengan tetap membiarkan mekanisme pasar memutar sebagian besar roda perekonomian Inggris.

Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapat 61 Persen Saham Freeport Indonesia, Meski Alot Negosiasinya

Menariknya, Thatcherisme itu juga menjadi panutan bagi negara-negara Eropa Timur, yang dulu berada di bawah cengkeraman komunis Soviet. Sejak berakhirnya Perang Dingin, mereka menanggalkan sistem ekonomi terpusat dan mengikuti kebijakan-kebijakan Inggris warisan Thatcher.

Thatcher, di satu sisi, memang dikenal skeptis dengan integrasi ekonomi dan politik yang berlangsung di Uni Eropa. Thatcher pun tidak mau ekonomi Inggris diatur dalam kebijakan terpusat seperti Uni Eropa. Bagi kalangan pengamat, ini yang pada akhirnya membuat Inggris saat ini selamat dari krisis keuangan seperti yang tengah melanda negara-negara pengguna uang euro.
 
Namun, bukan berarti Thatcher anti Uni Eropa. Dengan sudut pandang yang berbeda mengenai integrasi pasar, dia justru mendukung dan mengarsiteki pembebasan aliran modal, barang, jasa, dan manusia di Benua Biru itu tanpa harus dihambat oleh regulasi negara-negara anggotanya.

Warisan Thatcher itu yang diakui Presiden Komisi Eropa saat ini, Jose Manuel Barroso. "Beliau menandatangani Single European Act dan berperan menciptakan pasar tunggal. Beliau juga memimpin upaya membawa negara-negara Eropa Timur, yang sebelumnya dalam kungkungan Tirai Besi, ke dalam keluarga Eropa," kata Barroso seperti dikutip Reuters.

Perang Malvinas

Di bawah kepemimpinan Thatcher, Inggris berperang dengan Argentina memperebutkan suatu pulau pada 1982. Inggris menyebutnya Falkland dan Argentina Malvinas.

Inggris memenangkan perang 74 hari tersebut namun kehilangan 255 tentara dan beberapa kapal perang. Di kubu Argentina, 646 tentara tewas. Konflik itu belum tuntas hingga kini karena masih terus dipersoalkan Argentina.

Akibat perang ini, popularitas Thatcher kembali melambung setelah survei tahun 1981 menyebutnya sebagai perdana menteri Inggris yang paling dibenci. Pada tahun 1987, dia kembali memenangkan pemilu yang membuatnya kembali menjadi perdana menteri untuk periode ketiga.

Setelah 11 tahun menjabat, popularitas Thatcher kembali melorot gara-gara kebijakan pajak lokalnya yang memicu kerusuhan. Dia pun semakin ditinggalkan oleh para pendukungnya. Akhirnya, dia memutuskan mengundurkan diri pada November 1990.

"Kami tinggalkan Downing Street untuk terakhir kalinya setelah 11 setengah tahun yang menakjubkan, dan kami sangat senang meninggalkan Inggris dengan keadaan yang lebih, lebih baik dibanding ketika kami datang," kata Thatcher dalam pidato perpisahannya. (kd)

Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Kelompok teroris ISIS baru saja telah merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para anggotanya saat berada di dalam tah

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024