Negara-negara Islam Kucilkan Rezim Assad

KTT Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam di Mekkah, Arab Saudi.
Sumber :
  • REUTERS/Susan Baaghil

VIVAnews - Suriah di bawah rezim Bashar al Assad semakin dijauhi para tetangganya. Setelah menerima sejumlah sanksi internasional dan diasingkan dari pergaulan di Liga Arab, rezim Assad kini dikucilkan oleh sesama negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Organisasi yang beranggotakan 57 negara Islam maupun negara yang mayoritas berpenduduk kaum muslimin itu merasa perlu menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, selama 14-15 Agustus 2012. Sebagai anggota OKI dan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia turut hadir dengan mengutus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. 

Krisis di Suriah menjadi agenda utama pertemuan para pejabat senior dan pemimpin anggota OKI. Mewakili sekitar 1,5 miliar umat Muslim di dunia, OKI menilai bahwa masalah di Suriah sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius.

Sudah lebih dari setahun terjadi pergolakan di salah satu negara Arab itu. Assad masih tidak mau berkompromi dengan sebagian rakyat yang sudah tidak puas atas dominasi rezim Partai Baath yang dia pimpin. Kekerasan atas warga sipil pun terus berlanjut sehingga - menurut laporan dari PBB dan sejumlah kelompok HAM - sudah menewaskan lebih dari 20.000 jiwa.

Belum ada upaya yang solid dari masyarakat internasional untuk mengatasi krisis itu, walaupun PBB sudah mengirim Misi Pemantau di Suriah, yang juga melibatkan sejumlah personel militer asal Indonesia. Itulah sebabnya, walau keputusannya tidak bersifat mengikat, OKI punya kewajiban moral untuk ikut memberi perhatian atas masalah di Suriah, yang sudah dipandang sebagai krisis kemanusiaan.

Walau hingga Rabu tengah malam WIB belum ada keputusan resmi dari para peserta KTT Luar Biasa, kalangan media massa sudah mendapat bocoran mengenai pernyataan OKI atas Suriah. Dalam kutipan rancangan kesepakatan akhir OKI yang diperoleh Arab News, disebutkan bahwa keanggotaan Suriah harus dibekukan karena "Otoritas Suriah tetap saja melanjutkan opsi militer" dan gagalnya rencana damai yang sudah dipelopori utusan dari PBB, Kofi Annan.

Rancangan kesepakatan akhir itu juga menuntut bahwa rezim Assad "harus segera mengakhiri semua aksi kekerasan" sambil mempertahankan "persatuan, kedaulatan, kemandirian, dan integritas teritorial Suriah." Tahun lalu, Liga Arab pun membekukan keanggotaan Suriah.

Keputusan akhir para pemimpin anggota OKI merupakan cerminan dari hasil pertemuan tingkat menteri luar negeri organisasi itu, yang berlangsung 13 Agustus 2012. Sekjen OKI, Eklemeddin Ihsanoglu, mengungkapkan bahwa pertemuan tingkat menteri itu mempersiapkan KTT Luar Biasa.

Hasilnya, para menteri OKI sepakat bahwa keanggotaan Suriah patut dibekukan. "Keputusan itu sudah disetujui berdasarkan konsensus dengan mayoritas absolut," kata Ihsanoglu seperti dikutip Gulf Times.

Tanda-tanda dikucilkannya Suriah, untuk sementara, dari keanggotaan OKI sudah terlihat sebelum digelarnya KTT di Mekkah. Menurut Arab News, Presiden Assad maupun pejabat tinggi Suriah tidak diundang datang. Malah, OKI mengundang Amerika Serikat - yang bukan negara anggota dan gencar menekan rezim Assad - untuk datang ke pertemuan. Maka, dengan senang hati AS mengirim utusan khususnya, Rashad Hussain, ke Arab Saudi walaupun berstatus sebagai peninjau dan tidak punya hak suara.

Usulan Indonesia

Sebagai anggota, Indonesia turut memberi pendapat atas Suriah. Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin di KTT Luar Biasa, Menlu Natalegawa menilai bahwa saat ini Suriah berada di titik kritis. "Sebagai satu organisasi, kita harus dapat bertindak dengan itikad untuk mencapai tujuan dan rasa persatuan," kata Natalegawa dalam pidato yang disebarkan oleh Kementerian Luar Negeri RI.

Atas isu Suriah ini, Indonesia memaparkan dua pokok pemikiran. Pertama, kata Natalegawa, kekerasan, pembunuhan harus dihentikan.

Selama ini upaya untuk menggugah kesadaran semua pihak terkait untuk mengakhiri kekerasan dan pembantaian belum membawa hasil yang diharapkan. "Masyarakat internasional, PBB, tidak dapat hanya sekedar mengamati apa yang dengan jelas tengah terjadi: militerisasi situasi telah membawa dampak kemanusiaan ke taraf bencana," kata Natalegawa.

Maka, merupakan kebutuhan mendesak agar Dewan Keamanan dapat bersatu, dan, secara konsisten dengan Piagam PBB, dapat mengambil langkah-langkah efektif untuk membawa atau menciptakan perdamaian di Suriah. Pada taraf yang lebih luas, terdapat kebutuhan agar Umat Muslim, agar OKI, dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan di Suriah. Umat yang bersatu, yang semuanya menyuarakan perlunya perdamaian, akan meningkatkan kemungkinan diakhirinya lingkaran kekerasan di Suriah.

Pada pokok pemikiran kedua, dengan ditekannya kekerasan dan dibawanya perdamaian melalui suatu mandat Dewan Keamanan yang matang, didukung dan, bahkan, diprakarsai oleh OKI, organisasi ini dapat mendorong adanya kondisi minimal yang kondusif bagi adanya suatu proses politik yang inklusif. Proses politik yang memungkinkan rakyat Suriah memilih keputusannya sendiri bagi masa depan mereka.

Situasi di Suriah dipandang tidak dapat diatasi dengan solusi militer. Ketika perdamaian telah tercipta dan bantuan kemanusiaan telah dapat diberikan, setiap upaya harus dikerahkan untuk menciptakan solusi politik. Indonesia pun mendorong OKI agar dapat bersatu untuk menghentikan kekerasan dan terjadinya pembunuhan terhadap rakyat sipil di Suriah.

“OKI harus menyampaikan kesatuan pesan agar DK PBB dapat segera bertindak untuk menghentikan aksi kekerasan di Suriah, jika perlu menggunakan pasal 7 Piagam PBB” tegas Natalegawa. Indonesia juga mengusulkan agar OKI bersiap untuk mengirimkan pasukannya sekiranya dibutuhkan misi pasukan damai PBB di Suriah.

Menlu RI juga menyatakan bahwa yang paling utama dan pertama bagi OKI saat ini adalah menghentikan kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat sipil. Transisi politik di Suriah bukanlah hal yang mendesak saat ini dan dapat dilakukan setelah perdamaian dapat diciptakan di Suriah.

Kekerasan Berlanjut

Saat para pemimpin OKI membicarakan keanggotaan Suriah, kekerasan di negara itu terus berlanjut. Lagi-lagi kekerasan itu memakan korban warga sipil.

Kekerasan tidak saja melibatkan rezim Assad, namun juga kaum pemberontak. Warga asing turut menjadi korban.

Menurut kantor berita Reuters, militer Suriah melancarkan serangan udara ke wilayah utara, tepatnya di Kota Azaz pada Rabu, 15 Agustus 2012. Seorang dokter setempat bernama Mohammad mengungkapkan bahwa 80 orang tewas dan 150 lainnya terluka - termasuk tujuh warga Lebanon - saat sebuah jet tempur pemerintah membombardir Azaz, yang menjadi salah satu basis pemberontak.

Di kota itu pula pemberontak menyandera sebelas warga Lebanon. Kelompok pemberontak menyalahkan serangan jet pemerintah, yang melukai para sandera. "Gedung tempat mereka berada ditembak. Kami berhasil mengeluarkan mereka dari reruntuhan. Mereka terluka," kata seorang komandan pemberontak bernama Ahmed Ghazali kepada stasiun televisi Lebanon, Al Jadeed.

Sebelumnya, pada hari yang sama, ledakan bom berlangsung di Ibukota Damaskus, tepatnya di dekat suatu hotel tempat menginap para anggota Misi Pemantau PBB di Suriah. Tiga orang cedera, namun tidak satupun staf PBB yang cedera.

Deputi Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, mengatakan bahwa insiden bom itu membuktikan "aksi kriminal dan sifat barbar mereka yang melancarkan serangan - berikut para pendukung mereka di Suriah dan di luar negeri." Di Damaskus pula kembali berlangsung baku tembak antara pasukan pemerintah dan kaum pemberontak. (sj)

Kasus Pelecehannya Jadi Bahan Candaan, Saipul Jamil: Siapa yang Bangga dengan Kejahatan?
Gedung IDX, Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia)

Selain Konflik Iran-Israel, BEI Beberkan Faktor Lain Penyebab IHSG Anjlok Pasca-Lebaran

Serangan militer Iran ke Israel telah berdampak pada pasar saham di kawasan Asia, sejak pembukaan perdagangan pada Senin, 15 April 2024 kemarin.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024