Obituari

Widjojo dan Perannya Dalam Ekonomi Indonesia

Sri Mulyani menyapa Widjojo Nitisastro
Sumber :
  • Antara/ Aldino Anatusa

VIVAnews -Profesor Dr Widjojo Nitisastro sudah wafat. Jumat 9 Maret 2012. Tak banyak generasi muda yang kenal sang profesor. Tapi mereka yang lahir lebih awal mengenal Widjojo adalah bagian dari sejarah ekonomi Indonesia.

Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Namanya melambung semenjak Orde Baru berdiri. Dia adalah satu dari sedikit tokoh nasional, yang bersama Presiden Soeharto menyusun fondasi ekonomi nasional. Bersama timnya, Widjojo sukses menyelamatkan negeri ini dari krisis. Utang yang menumpuk hingga US$2,5 miliar. Dan inflasi yang membumbung hingga 650 persen.

Sangatlah tidak berlebihan jika Widjojo Nitisastro disebut sebagai sang arsitek ekonomi Orde Baru. Dia tidak hanya mewariskan fondasi ekonomi itu, tapi juga menurunkan begitu banyak murid yang kini bekerja di pemerintahan dan perguruan tinggi.

Dilahirkan di Malang, 23 September 1927, Widjojo menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1955. Dia memperoleh gelar doktor dalam bidang ekonomi dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat, pada 1961.

Sebelum masuk pemerintahan, Widjojo pernah menjabat sebagai pemimpin Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi UI pada 1955-1957, Wakil Ketua/Sekretaris FE UI (1962), dan dekan Fakultas Ekonomi UI (1965-1967).

Widjojo mengawali karir di pemerintahan sebagai ketua Bappenas pada 1967. Jabatan ini dipegang hingga 1983. Tak cuma itu, dia juga pernah menduduki sejumlah jabatan penting, seperti Menteri Negara Ekonomi dan Industri (1973-1978), Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Industri (1978-1983), dan penasehat ahli bidang perencanaan pembangunan nasional (1983-2012).

Semasa di Bappenas, ia berhasil merumuskan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang dalam satu rumusan Repelita, Rencana Pembangunan Lima Tahun. Arah kebijakan perekonomian dan pembangunan nasional itu diluncurkan pertama kali tahun 1969 dan berakhir 1974. Saat itu Repelita bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian, agar menstabilkan ekonomi peninggalan Orde Lama.

Pengamat ekonomi Pande Radja Silalahi mengatakan, program Repelita berhasil memerangi kesemrawutan ekonomi. Kegigihan tim ekonomi masa itu membuahkan hasil. Selain bisa mencatat pertumbuhan ekonomi yang sangat spektakuler, pemerintah juga bisa menekan inflasi ke level 7,8 persen pada 1970/1971 dan menjadi hanya 0,9 persen pada 1971/1972.

Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen

"Terlepas pro dan kontra, keberhasilan Repelita pada masa Soeharto, hasil itu sungguh luar biasa," kata Pande.

Program Repelita terus berlanjut dengan Repelita II (1974–1979), yang bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali, dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.

Kemudian Repelita III (1979–1984) menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor. Dilanjutkan Repelita IV (1984–1989) yang bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri. Lalu Repelita V (1989–1994) yang menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.

Dengan pembangunan yang direncanakan ini, kata Pande, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat memiliki rencana yang mengikat. Para pejabat, baik di eksekutif maupun legislatif, tak bisa jalan di luar rencana itu. Repelita itu kemudian dijabarkan setiap tahun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (ABPN).

Soal Repelita, Prof Dr Ali Wardhana memiliki cerita sendiri. Mantan penasihat ekonomi yang pernah juga menjabat Menko Ekuin dan Menteri Keuangan era Soeharto itu mengatakan bahwa pemikiran Prof Widjojo ini sangat mendalam. Dia selalu memikirkan suatu masalah dengan masak-masak sebelum dituangkan dalam tulisan, meskipun harus diselesaikan sampai menit-menit terakhir.

Dalam buku Kesan Para Sahabat tentang Widjojo Nitisastro yang diterbitkan Kompas 2007, Ali Wardana menceritakan, pola ini tak hanya terjadi saat Prof Widjojo masih mahasiswa. Saat menjabat Ketua Bappenas pun demikian.

Dia mengisahkan, suatu saat dalam sidang kabinet membahas isu tunggal, Repelita I.  Widjojo menjelaskan panjang lebar mengenai rencana pembangunan lima tahun pertama itu, namun tak ada bahannya. Semua menteri melihat ke kanan dan ke kiri.

Sesaat kemudian, bahan-bahan Repelita baru datang. "Semua menarik nafas panjang dan lega, rupanya buku baru selesai dibuat dan dilembur hingga pagi hari," ujar Ali.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai Widjojo sebagai figur yang tetap memiliki ketenangan di tengah situasi yang tertekan. Pemikirannya sangat baik dan tenang menghadapi situasi. "Karena itu stabilitas ekonomi kita ada kemajuannya," ujar Jusuf Kalla.

Widjojo telah memberikan pemikiran dan menjadi pencetus dari perkembangan ekonomi Indonesia hingga bisa berkembang seperti ini.

Mantan Kepala Bappenas Ginandjar Kartasasmita mengatakan sosok Widjojo merupakan seorang yang berkomitmen tinggi pada tugasnya untuk negara. Hal ini terlihat pada saat krisis ekonomi 1998. Kala itu, Widjojo yang menjabat sebagai penaihat ekonomi, menghabiskan seluruh waktunya di kantor, dan rela tidur di kursi kerjanya.

"Waktu kami melakukan pembicaraan dengan negara yang memberikan pinjaman, kami harus rapat sampai pagi," tutur Ginandjar.

Widjojo juga dikenal sebagai pencetus trilogi pembangunan yang diusung pemerintah Era Soeharto. Trilogi pembangunan adalah konsep pembangunan yang memperhatikan aspek pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas.

"Beliau juga yang menjabarkan delapan jalur pemerataan. Pemerataan pendapatan, pekerjaan, dan lain-lain. Jadi, pada 1970, saat kita membangun, Beliau sudah mengembangkan konsep itu," imbuhnya.

                                                      *

Meski sudah menepi dari pemerintahan, saat ekonomi Indonesia diterpa krisis moneter 1998, Soeharto pun memercayai Widjojo mengambil langkah-langkah penyelamatan. Keputusan ini diumumkan Menteri Penerangan Hartono dan Gubernur Bank Indonesia Soedrajat Jiwandono di Bina Graha, 9 Oktober 1997.

David Ransom, seorang aktivis Kiri Baru di Amerika Serikat, dalam majalah bernama Ramparts, edisi 4 tahun 1970 menyebut Widjojo sebagai pemipin kelompok Berkeley di Indonesia. Dalam artikel itu Ransom menuduh Mafia Berkeley sebagai proyek AS, terutama CIA, untuk menggulingkan Soekarno dan melenyapkan pengaruh komunis di Indonesia.

Tapi tuduhan ini dibantah oleh Boediono, Wakil Presiden RI saat ini, sekaligus murid Widjojo Nitisastro. "Dikesankan bahwa pelajar Indonesia mendapat beasiswa dari lembaga AS, ini berarti mereka bagian dari rencana CIA untuk membuat Indonesia pro AS. Tuduhan seperti itu tidak adil," kata Boediono saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku Widjojo Nitisastro di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, 14 Januari 2010. 

Menurut Boediono, Widjojo justru membawa Indonesia keluar dari jerat kebijakan ekonomi terpimpin. "Andai dia (David Ransom) menulisnya sekarang, menyaksikan perubahan di negeri sosialis, mungkin dia akan lebih memahami kebjakan ekonomi baru pak Widjojo dan timnya," ujarnya.

Tuduhan Widjojo Nitisastro sebagai boneka AS juga dinilai Boediono tidak masuk akal. Ini disebabkan kebijakan ekonomi Widjojo lahir dari pengalaman dan sejarah ekonomi yang terjadi di Indonesia.

"Dalam hal ini, pak Widjojo tidak berbeda jauh dari pandangan pendiri bangsa yg bercita-cita mempertemukan keadilan dengan kemakmuran, pemerataan, dan pertumbuhan. Cita-cita itu tidak lain dan tidak bukan karena pengalaman kita. Bukan gagasan yang dicangkok dari luar," tutur Boediono.

Kini, arsitek ekonomi berusia 84 itu telah pergi. Penyakit tuanya telah menggerogoti hingga akhirnya pada Jumat 9 Maret, pukul 2.20, jantungnya tak berdetak lagi.

Selamat jalan Profesor ...

KPU Jamin Netralitas Pemilu, Sudah Diawasi Presiden dan DPR
Sapi Albino Ko Muang Phet.

Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar

Kerbau albino bertubuh besar ini bernama Ko Muang Phet, terkenal di kalangan peternak Thailand sebagai hewan pejantan. Tingginya 1,8 meter dan berusia empat tahun.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024