Kolom Meneg BUMN Dahlan Iskan

Pergantian Direksi yang Sangat Bising

Meneg BUMN Dahlan Iskan [CLOSE UP]
Sumber :
  • ANTARA/Fanny Octavianus

VIVAnews - Bising!

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi

Itulah satu kata yang bisa menggambarkan dengan tepat setiap akan terjadi penggantian direksi di sebuah perusahaan BUMN. Di antara yang bising-bising itu, yang paling berisik ada dua: proses pergantian direksi di 15 perusahaan perkebunan dan satu perusahaan telekomunikasi.

Memang masa jabatan direksi di 15 perusahaan perkebunan BUMN segera berakhir. Demikian juga di Telkom. Persiapan penggantian direksi pun harus dilakukan. Maka terjadilah apa yang terjadi sekarang ini, hari-hari ini, perang baratayudha! Calon yang diperkirakan akan menjadi direktur utama dihancur-hancurkan. Lewat SMS maupun kasak-kusuk. Mereka itu harus digulingkan. Kalau perlu sekalian menterinya!

Kubu Ganjar-Mahfud Ingin Suara Prabowo-Gibran Nol, Begini Kata KPU

Beredar pula susunan direksi baru di beberapa BUMN yang katanya sudah direstui menteri, atau deputy atau DPP berbagai partai. Kalau membaca susunan direksi itu seolah-olah sudah seperti yang sebenar-benarnya. Beredar pula daftar riwayat hidup banyak orang yang dipuji-puji dengan hebatnya. Merekalah yang dijamin pasti berhasil menjadi direktur atau direktur utama.

Kebisingan itu bertambah-tambah karena masing-masing orang juga melobi kanan-kiri, atas-bawah, muka-belakang. Termasuk melobi teman-teman dekat saya. Juga melobi adik saya yang hidup sederhana di rumah Perumnas di Madiun. SMS saya pun penuh dengan lalu-lintas maki-maki dan puji-puji.

BI Pastikan Masyarakat di Lebaran 2024 Dapat Uang Baru

Melihat dan merasakan semua kebisingan itu, saya teringat kejadian beberapa tahun lalu. Yakni ketika terjadi pembunuhan yang latar belakangnya hanya ingin jadi direktur utama anak perusahaan BUMN. Bayangkan. Baru rebutan jadi direktur anak perusahaan saja sudah sampai terjadi pembunuhan. Sampai melibatkan pejabat negara yang begitu tingginya. Apalagi yang ini rebutan bapak perusahaan.

Menyaksikan riuhnya suasana, saya mengambil kesimpulan: saya harus menjauhkan diri dari bisikan pihak mana pun. Saya tidak boleh mendengarkan omongan, SMS, surat, telepon dan segala macam bentuk rayuan dan makian. Saya ingin berkonsentrasi pada menemukan orang yang memenuhi kreteria yang sudah saya umumkan secara luas: integritas dan antusias. Saya tidak lagi memasukkan unsur kompetensi dan kepandaian. Semua calon untuk level seperti itu pasti sudah kompeten dan pandai.

Sebelum menemukan mereka itu saya harus menemukan dulu orang yang layak saya dengarkan pandangannya. Yakni orang yang tahu soal perkebunan, yang tahu orang-orang di lingkungan perkebunan dan orang itu harus memiliki integritas yang bisa diandalkan.

Dari orang seperti itulah saya akan banyak mendengar. Cara seperti ini juga saya lakukan di PLN dulu. Ketika saya ditunjuk untuk menjadi direktur utama PLN dan saya diberi wewenang untuk memilih siapa saja yang akan duduk di tim saya sebagai direktur PLN, saya mencari dulu satu orang yang integritasnya dikenal baik di lingkungan atas PLN. Kepada orang itulah saya banyak konsultasi dan dari orang itulah saya banyak mendengarkan. Mengapa saya memilih jalan itu? Ini karena saya belajar dari pengalaman panjang: Orang yang integritasnya baik, biasanya juga akan memilih orang yang integritasnya baik.

Mengapa?

Saya merasakan di BUMN itu terjadi kecenderungan seperti ini: Orang yang integritasnya baik, biasanya merasa jadi minoritas di lingkungannya. Orang yang integritasnya baik, biasanya merasa termarjinalkan di lingkungannya. Karena itu  kalau dia diberi kesempatan untuk bisa mengusulkan seseorang menduduki jabatan strategis, secara manusiawi dia akan mencari teman yang sama baik integritasnya. Dia akan terdorong untuk berusaha memperbanyak orang-orang yang berintegritas tinggi di lingkungannya. Dia bercita-cita untuk tidak menjadi minoritas lagi.

Kalau di dalam satu board of director mayoritas direksinya sudah memiliki integritas yang tinggi, hasilnya akan luar biasa banyak: direksi itu akan kompak dalam bekerja, tidak akan ada saling curiga, program-program bisa dipilih yang paling bermanfaat untuk perusahaan (bukan yang bermanfaat untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya), keputusan bisa diambil dengan cepat, lebih berani menolak intervensi, dan yang paling penting mereka akan menyusun tim untuk tingkat di bawahnya dengan cara memilih orang-orang yang integritasnya juga baik. Kalau semua lapisan paling atas dan lapisan di bawahnya sudah sama-sama memiliki integritas yang tinggi perusahaan akan maju, lestari dan kultur perusahaan pun akan terbentuk dengan kokohnya.

Untungnya, dalam proses penyusunan direksi baru perkebunan ini, saya bisa segera menemukan orang yang paling pantas saya dengar pandangannya. Dengan demikian saya tidak terlalu lama terombang-ambing di tengah kebisingan itu. Terima kasih Tuhan!

Orang yang saya maksud itu tergolong orang dalam perkebunan. Kebetulan namanya mirip dengan nama saya: Dahlan Harahap. Beliau saat ini masih menjabat direktur utama PTPN IV di Medan. Perkebunan kelapa sawitnya maju pesat. Perusahaannya berkembang kokoh. Uang cash-nya saja lebih dari Rp 1 triliun. Beliau juga dikenal sebagai orang yang integritasnya sangat baik. Tahan godaan: uang maupun politik.

Posisi beliau juga sangat netral karena satu alasan ini: bertekad tidak akan mau lagi menjabat direktur BUMN. Dia sudah bersumpah di depan Tuhan untuk berhenti sebagai direktur BUMN. Sudah cukup, katanya. Dengan sikapnya yang seperti itu, pandangannya tentu lebih jernih. Tidak ada agenda yang terselubung. Tidak ada keinginan yang tersembunyi --kecuali untuk kemajuan dan integritas BUMN.

Saya pun menemui beliau dengan dua tujuan. Pertama, saya ingin merayu agar  mau duduk lagi sebagai direktur BUMN. Bahkan bisa naik menjadi direktur utama holding perusahaan perkebunan seluruh Indonesia. Tapi usaha saya ini gagal. Beliau tetap teguh pada tekadnya untuk berhenti sebagai direktur di BUMN. Apakah akan bekerja di perkebunan swasta? Tidak. Beliau ingin mengurus kewajibannya kepada Tuhan!

Setelah gagal merayu beliau, barulah saya menjalankan misi yang kedua. Saya minta pandangan yang obyektif tentang orang-orang di seluruh perusahaan perkebunan milik BUMN. Saya semakin respek karena sepanjang pembicaraan itu beliau sama sekali tidak mau menyebut kekurangan apalagi cacat satu orang pun. Beliau sama sekali tidak mau mengemukakan sisi negatif dari siapa pun di lingkungan perkebunan. Tentu saya juga tidak mau menanyakan sisi-sisi negatif itu. Saya hanya ingin fokus mencari siapa yang terbaik-terbaik di antara yang ada.

Dari pandangan-pandangannya saya bangga bahwa di BUMN masih ada orang seperti Dahlan Harahap. Juga seperti Murtaqi Syamsuddin di PLN. Tentu saya juga memuji orang seperti Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina. Seharusnya dia berangkat untuk menghadiri pertemuan besar Davos di Eropa. Tapi karena akan ada acara BUMN yang penting Karen membatalkan keberangkatannya. Saya bangga atas sikapnya ini: mengurus perusahaan lebih penting dari menghadiri pertemuan sebesar Davos sekali pun!

Beberapa direktur utama bank BUMN saya lihat juga memiliki integritas yang tinggi. Demikian juga orang seperti Ignasius Jonan, Dirut PT KAI. Saya sungguh berharap akan melihat lebih banyak lagi orang-orang seperti beliau-beliau itu. Integritas dan antusias.

Saya pun berdoa siang-malam untuk segera menemukan orang yang layak saya dengar pandangannya untuk Telkom yang kini lagi bising-bisingnya.
Ini karena misi memperbanyak orang dengan integritas tinggi di BUMN adalah keniscayaan. Sangat berbahaya kalau BUMN jatuh ke tangan orang yang integritasnya diragukan. BUMN harus menjadi senjata kedua bagi presiden untuk melaksanakan program pembangunan ekonomi seperti yang dijanjikan kepada rakyat dalam masa kampanye dulu. Senjata pertamanya adalah APBN.

Di saat swasta masih belum tertarik ke pembangunan infrastruktur besar-besaran, BUMN harus mengambil peran itu. Di saat para pengusaha swasta bersikap wait and see akibat gejolak ekonomi di USA dan Eropa, BUMN harus firm untuk menjalankan seluruh ekspansinya dan melakukan investasi besar-besaran. Bahkan di saat seperti ini, keberanian melakukan investasi harus menjadi salah satu KPI direksi BUMN.

Sungguh wajar dalam setiap terjadi gejolak ekonomi, pihak swasta bersikap hati-hati. Lalu bersikap tunggu dulu. Maka dalam situasi seperti ini sikap firm BUMN diperlukan untuk memberikan rasa percaya diri yang tinggi. Kalau di satu pihak swasta lagi ragu-ragu dan bersikap wait and see sedang di pihak lain BUMN tidak firm, maka perekonomian akan terganggu. Tapi kalau swasta melihat BUMN terus bekerja dan berinvestasi keragu-raguan itu akan berkurang.

Tentu sulit sekali mengharapkan sebuah BUMN bisa firm dan bertindak cepat kalau di antara direksinya tidak kompak. Karena itu saya dan dewan komisaris di semua BUMN akan terus memonitor kekompakan ini. Semua direksi yang hebat-hebat pun tidak akan banyak gunanya kalau tidak padu. Dia hanya akan seperti soto enak yang dicampur dengan rawon enak.

Apa boleh buat. Sementara pergantian direksi di 15 perusahaan perkebunan itu masih dalam proses, kebisingan yang sangat tinggi masih akan terus terjadi. Dan saya harus tabah mendengarkannya. Untungnya sesekali ada hiburan dari orang seperti Nazaruddin.

Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya