Krisis Eropa, Pemimpin Politik Bertumbangan

Presiden AC Milan, Silvio Berlusconi
Sumber :
  • REUTERS/Marco Valdo

VIVAnews - Sejumlah pemimpin politik di Eropa terus berguguran. Dan itu karena krisis ekonomi yang menyapu kawasan itu. Setelah George Papandreou terpental dari kursi perdana menteri Yunani, kali ini Silvio Berlusconi harus rela kehilangan kursi perdana menteri Italia.

Ten Hag Ungkap Pemain Ini Bakal Bawa Kesuksesan untuk MU

Berlusconi mundur dari jabatan Perdana Menteri tidak lama setelah bertemu dengan Presiden Italia, Giorgio Napolitano, di Roma. Pengunduran diri itu ramai diberitakan media di seluruh dunia, Minggu 13 November 2011. Pemerintah yang baru diharapkan bisa menyelamatkan negara itu dari badai.

Negeri penghasil arak anggur itu memang sedang dimabuk krisis ekonomi. Dan pemicunya adalah utang yang segunung. Italia memiliki utang sebesar 1,9 triliun euro. Sekitar US$2,6 triliun. Dengan jumlah setinggi itu, utang sudah menjadi 120 persen dari produk domestik bruto (GDP) negara spaghetti itu.

Gelar RUPST, PT Federal International Finance Angkat Siswadi Jadi Presdir Baru

Surat utang Italia yang berjangka waktu 10 tahun telah pula menyentuh angka suku bunga yang melebihi 7,6 persen hari Rabu pekan lalu. Dengan suku bunga seperti itu, ekonomi sudah masuk gawat darurat. Lihatlah sejumlah negara lain di kawasan itu yang tersapu krisis. Dengan suku bunga 7 persen saja, Yunani, Irlandia, dan Portugal, terpaksa meminta pinjaman dana talangan.

Krisis Italia ini akan lebih luas efeknya bagi Eropa ketimbang krisis Yunani, Portugal dan Irlandia. Sebab Italia masuk tiga besar ekonomi di zona Euro. Kekhawatiran utang Italia ini, jika tidak ditangani dengan baik, akan memukul ekonomi Eropa secara keseluruhan. Mengobati negeri ini sesegera mungkin bisa meredam  efek domino krisis.

Ajak Bernostalgia, Dewa 19 hingga Reza Artamevia Guncang Panggung Soul Intimate Concert 2.0

Itu sebabnya, tak lama setelah Berlusconi pamit, Presiden Italia Giorgio Napolitano mulai melakukan pembicaraan dengan parlemen soal pemerintahan baru. Dan mantan Komisioner Eropa, Mario Monti, tampaknya menjadi favorit untuk menggantikan Berlusconi, dan memimpin Italia melewati badai krisis.

Pekan lalu, Monti memang telah ditunjuk menjadi Senator Seumur Hidup oleh Presiden Napolitano, sebagai langkah antisipasi dan memberi ketenangan kepada pasar keuangan, setelah Berlusconi berjanji akan meletakkan jabatan.

Sebelum Berlusconi resmi mundur, Monti memang telah melakukan sejumlah langkah, antara lain bertemu Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi. Monti juga telah bertemu dengan sejumlah partai di Italia, sebagai antisipasi dari transisi mundurnya Berlusconi.

Karena itu Mario Monti diharapkan membentuk pemerintahan yang terdiri dari teknokrat, sebelum pembukaan pasar di hari Senin. Saat ini, Monti telah mendapat dukungan oposisi, dan diterima oleh partainya Berlusconi, Partai Kebebasan Rakyat. Setidaknya, ada sejumlah tugas yang harus dilakukan Monti: mengendalikan tingginya utang dan menjaga tingkat pinjaman, serta menjauhkan Eropa dari krisis keuangan yang semakin meluas saat ini.

Papandreou Bikin Cemas

Sebelum Italia, dampak krisis utang terhadap kepemimpinan nasional menimpa Yunani. Mantan Wakil Presiden Bank Sentral Eropa, Lucas Papademos, ditunjuk sebagai Perdana Menteri Yunani untuk menggantikan George Papandreou.

Oposisi Yunani mendesak Papandreou untuk mundur, karena rencananya untuk mengadakan referendum terkait dana talangan (bailout) dari Uni Eropa. Ide referendum ini bahkan awalnya akan menentukan apakah Yunani tetap bertahan di zona Euro dan menggunakan mata uang Euro.

Referendum itu memang batal dilakukan. Tapi wacana yang dimunculkan Papandreou membuat gusar sejumlah pemimpin utama Eropa, terutama Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Pasalnya pekan lalu Jerman dan Perancis sudah mati-matian memperjuangkan Yunani agar utangnya kepada pihak swasta dipotong 50 persen. Selain itu, Uni Eropa juga telah sepakat memberikan utang baru kepada Yunani.

Sebagai pengganti Papandreou, Papademos dikenal sebagai figur yang dihormati di kalangan pasar keuangan dan politik Eropa. Papademos pun berjanji akan berbuat sebaik mungkin untuk membawa Yunani keluar dari krisis dengan seminim mungkin berdampak bagi kepentingan rakyat dan nasib ekonomi Eropa.

"Pilihan yang akan kami buat akan menentukan bagi rakyat Yunani. Jalannya tidak akan mudah namun saya yakin masalah akan dipecahkan lebih cepat dan dengan ongkos yang lebih kecil bila ada persatuan, pengertian, dan kehati-hatian," lanjut Papademos. 

Papademos menilai tugas yang mendesak saat ini adalah merumuskan penerapan bantuan utang darurat (bailout) yang sudah disiapkan Uni Eropa dengan nilai total 130 miliar euro (US$177 miliar) sekaligus mempersiapkan pemilu tahun depan.

Menanti Solusi Uni Eropa

Selain Yunani dan Italia, setidaknya ada empat negara lain yang juga terancam krisis. Empat negara itu adalah Irlandia, Portugal, Siprus, dan Spanyol.

Pengamat ekonomi asal Amerika Serikat, Nouriel Roubini, berpendapat, dalam satu dekade terakhir negara PIIGS (Portugal, Irlandia, Italia, Greece atau Yunani, dan Spanyol), merupakan negara di zona Euro yang mengutamakan konsumsi, pengeluaran lebih besar dari pendapat, dan memiliki defisit anggaran yang tinggi.

Sebaliknya, negara yang menjadi inti di zona Euro (Jerman, Belanda, Austria dan Perancis) menjadi negara yang mengutamakan produksi, pengeluaran lebih rendah dari pendapatan, dan surplus anggaran.

Tingkat pengeluaran pun tak terkendali, terutama saat terjadi bubble di bidang properti, defisit anggaran, gap fiskal. Semua permasalahan ini menumbulkan stagnansi ekonomi dan negara-negara tersebut tak mampu bersaing.

Untuk mengatasi sejumlah krisis ekonomi, Uni Eropa pun telah menyepakati sejumlah langkah penyelamatan krisis utang. Salah satu keputusan penting itu adalah menyepakati penambahan dana siaga untuk bailout, dari 440 miliar euro menjadi sekitar 1 triliun euro (US$1,4 triliun). Dana ini diharap bisa menjadi langkah antisipasi menghadapi krisis utang, termasuk yang saat ini dihadapi Italia.

Kesepakatan lain adalah menyangkut pengurangan pembayaran obligasi Yunani kepada pihak swasta. Kalangan perbankan dan asuransi sepakat mengurangi piutang mereka ke Yunani sebesar 50 persen.

Para pemimpin Uni Eropa juga sepakat mengenai rekapitalisasi perbankan. Pada Juni 2012, modal minimum perbankan dinaikkan jadi sekitar 106 miliar euro dan terbuka kemungkinan pemerintah bisa campur tangan dalam mengatasi masalah pada bank yang bersangkutan.

Para pemimpin UE berharap bahwa langkah-langkah ini akan melindungi Eropa dari potensi gagal bayar pada negara yang dilanda krisis utang, sekaligus mencegah negara-negara dengan ekonomi yang lebih besar--seperti Italia dan Spanyol--dari jurang krisis. | Reuters | BBC | CNN | The Economist |

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya