Stanley Fischer Masuk Bursa Pemimpin IMF

Gubernur Bank Israel, Stanley Fischer.
Sumber :
  • AP Photo/Sebastian Scheiner, File

VIVAnews - Bursa kandidat pengganti Dominique Strauss-Kahn sebagai direktur Pelaksana Badan Moneter Internasional (IMF) semakin ramai. Salah seorang ekonom kenamaan dunia yang juga mantan pejabat IMF, Stanley Fischer, dipastikan turut ambil bagian dalam pencalonan tersebut.

Dilansir dari laman Associated Press, Sabtu, 11 Juni 2011, Stanley mengatakan telah mengajukan pendaftarannya sebagai direktur IMF. Dia  mengatakan bahwa direktur pelaksana IMF adalah pekerjaan impiannya sejak dulu, kesempatan ini tidak akan dilepasnya.

"Kesempatan luar biasa, tidak terduga dan sekali seumur hidup telah datang, saya akhirnya melamar dengan berbagai pertimbangan," ujar Fischer, yang kini menjabat Gubernur Bank Sentral Israel.

Langkahnya ini juga telah direstui sepenuhnya oleh orang nomor satu negara tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Turut memberi restu adalah Menteri Keuangan Israel, Yuval Steinitz, yang mengatakan bahwa Fischer adalah kebanggaan negara dan layak menempati posisi tersebut. "Posisi ini cocok untuk Fischer. Cocok, seperti tangan dan sarung tangan," ujar Stainitz.

Sosok Abu Shujaa, Komandan Perang Al Quds yang 'Bangkit' dari Kematian

Namun, ada satu kendala. Fischer yang saat ini berusia 67 tahun dinilai terlalu tua, melampaui ketetapan persyaratan usia calon direktur IMF yaitu 65 tahun. Fischer menganggap enteng hal ini, dia mengatakan bahwa usia bukanlah halangan untuk mencapai mimpinya. Fischer yakin dapat bekerja dengan baik di usia senjanya.

"Karena saya memiliki pengalaman yang unik. Saya yakin dapat berkontribusi kepada IMF, dan kepada perekonomian global setelah krisis," ujarnya.

Belum ada pernyataan resmi dari IMF mengenai kelebihan umur Fischer. Bank sentral Israel menyatakan IMF akan segera memutuskan mengamandemen peraturan usia atau mendiskualifikasi Fischer dari bangku kandidat.

Fischer bukan anak ingusan dalam dunia perekonomian global. Dia adalah seorang ekonom kenamaan yang pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Pelaksana IMF pada tahun 1994-2001. Pria lulusan London School of Economics dan MIT di Cambridge, Massachusets, Amerika Serikat, ini pernah dipuji karena berhasil membawa Israel melalui krisis global pada tahun 90-an.

Fischer yang memiliki dua kewarganegaraan, AS dan Israel, adalah salah satu pejabat IMF yang bekerja mengurai krisis keuangan di Meksiko, Rusia, dan Asia Tenggara.

Ketua DPRD Sebut Pemkab Klungkung Komitmen Tangani Kerusakan Jalan di Nusa Penida

Majalah ekonomi Euromoney pada tahun 2010 pernah menobatkan Fischer sebagai Gubernur Bank Sentral Terbaik Tahun 2010. Fischer dianggap membuat terobosan yang ampuh dalam menjaga keseimbangan antara inflasi yang moderat dan upaya pemulihan ekonomi.

Inovasi yang dibuat Fischer dengan tanpa intervensi kebijakan nilai tukar, dianggap kontroversial untuk kondisi kala itu. Namun, berkat kebijakan itu, perekonomian Israel semakin menguat terlihat dari cadangan yang meningkat akibat dari ekspor yang melonjak. "Ini adalah kunci dari kinerja sebuah perekonomian," kata majalah tersebut.

Terlebih lagi, semua kebijakan yang ditempuh Fischer tersebut dilakukan di tengah kondisi politik dan regional Israel yang tengah menghadapi kesulitan.

Dalam sebuah kuliah umum yang disampaikan Fischer di depan mahasiswa Hebrew University, Jerusalem, pada 11 Juni 2006 disampaikan bahwa perekonomian Israel sudah berjalan sangat mengesankan selama tahun 2004, atau setelah krisis berlangsung. Namun, bagi Fischer, Israel masih banya memiliki tiga pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar pertumbuhan ekonomi Israel bisa berjalan secara berkesinambungan.

Pertama, faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti pertumbuhan ekonomi global yang harus terus tumbuh. Kedua, faktor yang bisa dikontrol Israel yaitu jaminan keamanan. Ketiga, faktor yang sepenuhnya ada ditangan Israel yaitu kebijakan ekonomi.

Fischer menganggap, perekonomian Isral hanya akan tumbuh jika menggunakan pendekatan kebijakan ekonomi yang mengandalkan pasar sebagai sumber daya, pentingnya peran pemerintah khususnya dalam penyediaan kebutuhan publik. Pada saat yang sama, Fischer juga menganggap tidak akan ada ekonomi skala kecil yang akan tumbuh besar jika tidak terintegrasi dengan perekonomian global.

Dari segi ekonomi fiskal, cara pandang Fischer yang paling berpengaruh adalah berupaya mempertahankan disiplin fiskal yang lebih ketat. Pandangan Fischer diantaranya pajak harus terus mengecil, serta meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk kegiatan sosial dan program penting lainnya.

Di luar sederet prestasinya tersebut, untuk memangku jabatan Direktur Pelaksana IMF, Fischer harus terlebih dulu menumbangkan calon kuat lainnya, Menteri Keuangan Prancis, Christine Lagarde. Dilansir dari laman The Telegraph, Lagarde digambarkan oleh pengagumnya sebagai "rock star" dalam dunia keuangan.

Keunggulan Lagarde, yang menjadi Menteri Keuangan Prancis sejak 2007, adalah merupakan kandidat yang diterima di kedua sisi Atlantik. Bahkan, Menteri Keuangan Indonesia, Agus Martowardojo, menjagokan Lagarde sebagai pengganti Strauss-Kahn. "Secara pribadi saya sangat mendukung Prancis," kata Agus, Minggu, 12 Juni 2011.

Menurut Agus, Lagarde memiliki perhatian yang lebih kepada Indonesia dibandingkan beberapa kandidat lainnya. Hal ini dibuktikan Christine dengan menyediakan waktu khusus untuk menyambangi Indonesia dua kali. Agus juga mengatakan bahwa Lagarde memiliki pengalaman yang mumpuni baik pada lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Muhammad Chatib Basri, mengatakan dibandingkan kandidat lainnya, Fischer lebih unggul. Pasalnya, Fischer telah mengenal baik sistem dan cara kerja di IMF ketika menjabat sebagai Wakil Direktur Pelaksana IMF selama lebih dari enam tahun.

"Sebagai officer, dia punya pengalaman sebagai Deputy Director IMF. Sebagai ekonom, dia adalah ekonom yang bagus. Dia adalah salah satu kandidat yang kenal betul situasi IMF," ujar Basri.

Pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Sri Hadiningsih, juga mengatakan kemampuan Fischer tidak diragukan lagi. "Dia adalah ekonom yang memiliki nama besar, tidak diragukan lagi kemampuannya," ujar Hadiningsih.

Komentar Calon Kiper Timnas Indonesia Usai Bawa Inter Milan Sabet Scudetto

Namun, Hadiningsih mengatakan bahwa nama besar yang disandang Fischer belum tentu mampu membuatnya menjabat sebagai Direktur Pelaksana IMF.

"Karena selain kepakaran, juga diperlukan kepemimpinan yang handal dan didukung oleh mayoritas anggota IMF," ujarnya.

Pengamat lainnya dari Universitas Gajah Mada, Revrisond Baswir, tidak peduli siapa yang menjadi ketua IMF. Dia mengatakan siapapun yang menjadi ketua IMF tidak akan mampu mengalahkan pengaruh para "pemegang saham" yang menggenggam lembaga tersebut.

"Siapapun direkturnya tidak masalah, tidak akan mengubah IMF yang hanyalah perkakas dari negara-negara adidaya," tegas Baswir.

"Bank dunia itu milik AS, IMF milik Uni Eropa. Sudah begitu dari dulu, sudah dijatah," lanjutnya lagi.

Baswir mengatakan bahwa para pemimpin IMF nantinya cuma jadi pelayan yang manut apa kata para majikannya. Jika direktur IMF tidak patuh, maka akan menjadi sasaran empuk bulan-bulanan para majikan.

Hal ini, ujarnya, terjadi pada direktur pelaksana terdahulu, Domique Strauss-Kahn yang saat ini tengah diadili atas kasus pelecehan seksual.

"Strauss-Khan mereka kerjain. Dia itu kan orang sosialis, dia membiarkan dolar turun dan mendorong yuan (mata uang China) sebagai mata uang dunia," ujar Baswir menjelaskan sebab musabab Strauss-Kahn terganjal kasus memalukan tersebut.

Ditanya bagaimana posisi Indonesia ke depannya di mata IMF, Baswir mengatakan Indonesia tidak akan mempunyai peran apa-apa di lembaga keuangan dunia tersebut. "Indonesia tidak dianggap, di peta IMF gak keliatan," tegas Baswir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya