"Rona" Taman Kota Sepanjang Nusantara

Taman Pustaka Bunga
Sumber :
  • Twitter

VIVAnews - Ada sebuah nama yang asing di telinga Negeri Barat saat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan “The 2013 Asian Townscape Sector Award”. Taman Bungkul. Nama yang begitu Indonesia. Itu merupakan sepetak taman di Jalan Darmo, Surabaya, Jawa Timur.

Kunjungan ke Luar Negeri, Prabowo Subianto Akan ke China dan Bertemu Xi Jinping

Kebanggaan langsung menyeruak bukan hanya di hati arek-arek Suroboyo, tetapi juga seluruh Indonesia. Bagaimana tidak, dengan penghargaan itu, Taman Bungkul menjadi satu-satunya taman di Indonesia yang memeroleh penghargaan itu.

Apalagi, The 2013 Asian Townscape Sector Award tak hanya didukung PBB. UN Habitat Regional Office for Asia and The Pasific, Asia Habitat Society, Asia Townscape Design Society, dan Fukuoka Asia Urban Research Center juga berada di balik penghargaan itu.

Health Minister Ensures Hospitals Ready to Handle Dengue Patients

Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini menerima penghargaan internasional bergengsi itu di Fukuoka, Jepang, 26 November 2013.

Ke depan, mungkin bukan hanya Taman Bungkul yang akan membuat Indonesia bangga di mata dunia. Sebab, taman-taman lainnya di Indonesia memang tengah menggeliat. Hampir seluruhnya sedang bersolek. Mereka menjelma menjadi oase cantik yang memang dibutuhkan masyarakat urban.

Respons Nagita Slavina Saat Tyas Mirasih Ingin Jual Tas demi Biaya Pengobatan

Selain Taman Bungkul, berikut taman-taman lain yang “merona” di Indonesia.

Taman Pustaka Bunga, Bandung

Taman Pustaka Bunga di Bandung

Awal tahun 2014, Ridwan Kamil Wali Kota Bandung ditanya, apa resolusinya untuk Kota Kembang. Banyak harapan ia suarakan. Salah satunya, membuat Bandung lebih semarak taman warna-warni. “Kami tahun ini mengejar agar Bandung memiliki lima sampai enam taman baru,” begitu ia bertekad.

Mimpi Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, berdasar pada langkah yang ia lakukan untuk menutup tahun lalu. Ia menyulap Taman Cilaki di Bandung menjadi Taman Pustaka Bunga. Taman yang dulu hanya berupa rerumputan gundul, pepohonan kurus, dan kursi-kursi besi itu bersolek.

Ia jadi serupa taman bunga di Belanda yang dipenuhi tulip bermekaran. Di sudut-sudut tertentu, warna merah, putih, hijau muda, dan ungu menghampar selayak permadani. Kelopak warna-warni pun mencuat lewat rimbun semak di sekitaran pepohonan.

Ada sekitar 100 ribu koleksi bunga yang tertata rapi di sana. Tak hanya Amaryllis, Bougainvillea, dan Rhododendron, ada pula berbagai anggrek langka. Melangkahkan kaki ke taman yang terletak tak jauh dari Gedung Sate itu, seperti masuk ke dunia baru yang penuh semerbak romantisme.

“Ini taman ensiklopedia, ada 100 ribu bunga dihadirkan di sini untuk mengedukasi,” ujar Emil membanggakan tamannya. Ia menjelaskan, itu merupakan langkah menjadikan Bandung sebagai kota yang bersih dan hijau. Seperti mengulang jargon kota itu, Bersih, Hijau, dan Berbunga.

Selain mata yang dimanjakan bunga berwarna-warni, fasilitas di taman juga cukup lengkap. Wi-Fi yang biasa menjadi magnet anak-anak muda, tersedia cuma-cuma. Akses listrik pun tak susah. Bangku-bangku taman dipermak.Di tengah taman, diciptakan danau mungil dengan gemericik air yang menenangkan.

Tak perlu membayar sepeser pun untuk bersantai di taman itu. Siapapun boleh menikmatinya. Hanya saja, tak diperbolehkan membawa makanan, minuman, dan hewan peliharaan ke sana.

Taman Suropati, Jakarta

Taman Suropati

Terik Jakarta langsung sirna saat menginjakkan kaki di Taman Suropati. Rimbun pepohonan menaungi lahan seluas lebih dari 16 ribu meter persegi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu. Sesekali, burung merpati merunduk dan memungut biji-bijian yang disebar di tengah taman. Tawa ceria anak-anak bergema.

Taman itu telah ada di sana sejak zaman Belanda. Dulu, ia bernama Boorgermeester Bisschopplein. Awalnya, ia berbentuk bukit. Namun kemudian tanah di atasnya dipangkas dan dibuang ke daerah lain. Jadilah taman itu bertanah rata. Ia mulai ditanami pohon dan bunga sejak tahun 1920.

Kini, kesejukan taman menjadi daya tarik tersendiri. Ada petak bunga, rerumputan hijau yang menghampar sempurna, pancuran air di beberapa titik, serta bangku-bangku nyaman yang tersebar di taman itu. Yang khas, di beberapa lokasi ada patung yang melambangkan negara-negara ASEAN. Enam patung itu disebut “Spirit of ASEAN”.

Di sore hari, taman itu menjadi tempat berkumpul masyarakat. Komunitas dengan alat-alat musik seperti biola, saksofon, gitar, ada di sana. Begitu pula dengan komunitas atraksi sepeda, papan luncur, tari, serta yang lain. Di Minggu pagi, biasanya banyak yang berolahraga di sana. Di sepanjang jogging track-nya, terdapat batu-batu yang bisa dijadikan tempat refleksi.

Seperti taman-taman lainnya, pengunjung pun tak dipungut biaya untuk menikmati dan bersantai di Taman Suropati. Di sekitarnya, juga terdapat banyak pilihan kuliner khas yang tersedia.

Taman Pecangakan, Jembrana

Taman Pecangakan, Jembrana

Semilir angin di Pantai Kuta, Sanur, atau Lovina di Bali bisa digantikan dengan suasana berbeda. Para pemburu suasana sejuk nan santai, bisa berkunjung ke Taman Pecangakan di Jembrana.

Taman itu terletak di Jalan Jendral Sudirman, tepat di tengah area Perkantoran Pemerintah Kota Negara atau Jembrana. Siapapun yang singgah akan dihibur oleh suara gemericik air mancur yang jatuh ke kolam luas.

Budaya Bali terasa sangat kental di taman itu. Di tengah kolam, ada patung Dewa Ruci, tokoh pewayangan dari kisah Mahabharata. Nuansa mistis menari-nari di balik patung Dewa Ruci. Konon, Bima sang kesatria berniat mengambil air suci di tengah samudra, namun berbagai aral merintanginya.

Hingga akhirnya, Bima bertemu Dewa Ruci di ujung pencariannya. Keberanian Bima yang akhirnya terpatri dalam kolam mungil di tengah Taman Kota Pecangakan itu.

Di hari-hari tertentu, lahan seluas dua hektar itu tak hanya dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk bersantai. Lapangan rumputnya juga menjadi lokasi sakral untuk upacara tradisional Bali.

Padahal mulanya, sebelum menjadi tempat rekreasi taman itu merupakan lapangan peninggalan Jepang. Baru di tahun 1990, ia disulap menjadi taman kota. Tak hanya fasilitas lengkap, lahan parkir yang luas juga dibangun agar pengunjung bisa menikmatinya dengan lebih leluasa.

Taman Giri Menang, Lombok Barat

Taman Giri Menang, Lombok Barat

Baru tahun lalu wajah Taman Kota Giri Menang berubah. Setelah diberi kucuran dana sekitar Rp3,5 miliar oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, taman itu pun lebih cantik memesona. Kini ia menjadi ikon kebanggaan masyarakat setempat.

Ukir-ukiran khas Lombok yang eksotis menyambut pengunjung begitu memasuki areal taman seluas 1,5 hektar itu. Baris pepohonan berjajar rapi, menambah aura sejuk yang bersahaja. Di tengahnya, ada kolam-kolam dengan air mancur yang indah.

Fasilitas bermain pun lengkap. Di satu sisi, terdapat areal bermain anak, lapangan voli, serta lapangan basket. Di sisi yang lain lagi, penuh sesak dengan sajian kuliner khas Lombok. Di waktu-waktu tertentu, pertunjukan seni asli suku Sasak Peresean menghibur pengunjung di sepetak lahan serba guna.

Waktu terbaik mengunjungi taman itu adalah malam hari. Lampu-lampu cantik menghiasi hampir seluruh titik taman. Pendar cahayanya begitu memesona, apalagi jika diiringi serempak mancur air. Bias-bias warnanya membuat para pengunjung tertarik mengabadikan pose. Setiap berapa saat, ada lantunan melodi yang bersenandung.

Pusat utama taman itu adalah sebuah tugu tiga lantai yang wujudnya seperti menara masjid. Ia laksana Taj Mahal di India. Di malam hari, warna-warni lampu berpendaran dari tugu itu. Kuning, biru, serta merah muda menarik perhatian siapapun yang sedang melintas.

Sejak diresmikan sekitar Maret lalu, taman itu langsung menjadi tujuan bersantai masyarakat Lombok. Ia sekaligus gerbang utama memasuki Lombok Barat. Dulunya, lokasi itu merupakantol by pass yang hanya dilalui kendaraan besar. Sekitar tahun 1990-an, dibangun patung karapan sapi.

Kelamaan, ia bermetamorfosis menjadi pusat hiburan masyarakat setempat. Kini, lokasi itu pun menjadi taman indah.

Taman Pintar, Yogyakarta

Taman Pintar Yogyakarta

Ada yang istimewa dari taman yang terletak di kawasan Benteng Vredeburg, Yogyakarta itu. Baru masuk saja, sudah disambut arena bermain dengan berbagai wahana menarik. Sangat cocok dikunjungi keluarga, karena anak-anak bisa belajar sambil bermain di sana.

Beberapa wahana yang ditawarkan, antara lain: Parabola Berbisik, Dinding Berdendang, Pipa Bercerita, Cakram Spektrum Warna, Air Menari, Forum batu, Tapak pintar, Desaku Permai, Sistem Katrol, Rumah pohon, Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, dan Istana Pasir.

Masing-masing menyajikan pengetahuan yang bisa dipelajari sambil bermain. Secara fisik, Taman Pintar Yogyakarta mirip dengan Dunia Fantasi di Jakarta. Hanya saja, ia lebih sarat konsep ilmu. Saat ini, ada sekitar 35 zona dan 3.500 alat peraga permainan yang dilengkapi dengan teknologi interaktif.

Taman Pintar Yogyakarta memang didesain sebagai wahana belajar. Tujuannya, agar anak-anak semakin berminat mempelajari sains. Sebab di sana, segala ilmu menjadi lebih menyenangkan. Pemandangan istimewa lain akan didapat dari semburan air mancur yang membentuk koridor.

Di akhir pekan, ratusan anak memenuhi taman itu. Antusiasme tampak pada kilatan mata mereka saat menjajal wahana demi wahana. Selesai belajar sambil bermain, mereka bisa bersantai di bawah pohon-pohon rindang sambil menghabiskan hari.

Taman Bungkul, Surabaya

Taman Bungkul di Surabaya

Mulanya, daya pikat Taman Bungkul di Surabaya hanya dipancarkan oleh makam Mbah Bungkul. Nama unik itu merupakan sebutan untuk Ki Supo, ulama di kerajaan Majapahit yang juga saudara ipar Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Di akhir pekan, orang-orang dari daerah berziarah ke sana.

Di sekeliling makam itu, terdapat lahan seluas 900 meter persegi yang dijadikan taman. Kelamaan, taman yang mulanya suram itu bermetamorfosis menjadi lebih modern. Di satu sudut, terdapat areal bermain anak-anak. Di sudut yang lain, ada arena khusus untuk para penggemar papan luncur.

Jogging track serta Wi-Fi pun melengkapi Taman Bungkul. Kebersihan taman dijaga, tong sampah ada di setiap sudut. Bahkan, Taman Bungkul menyediakan air yang bisa langsung diminum dari kerannya.

Di tengah taman, terdapat bundaran lebar yang biasa digunakan sebagai tempat pentas musik dan seni. Di bagian belakang taman, berbagai kuliner khas Surabaya tersaji, seperti rawon, tahu campur, tahu tek, rujak cingur, dan sebagainya.

Kini, Taman Bungkul sudah seperti jantung kota Surabaya. Acara-acara tertentu dipusatkan di sana. Ketenaran taman itu makin menggema setelah meraih penghargaan internasional, November lalu.

Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini menduga penghargaan itu bisa diraih karena Taman Bungkul memadukan pelestarian budaya dan kebutuhan taman kota modern.

Apalagi, taman itu bisa dinikmati dengan gratis. “Taman Bungkul saya konsepkan sebagai tempat bertemunya semua warga kota. Tidak ada sekat untuk si kaya dan si miskin, besar kecil, putih hitam,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya