Mengapa Harga Emas Dunia Jatuh?

Emas batangan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Ancaman krisis ekonomi di Amerika Serikat mulai membaik, seiring menguatnya data perekonomian negara adidaya tesebut, yang mendorong bank sentral AS, Federal Reserve berencana mengurangi stimulus moneter.
Edi Purwanto Paparkan Kinerja DPRD Jambi di Hadapan Wakil Konsul AS

Membaiknya pertumbuhan perekonomian AS tersebut, direspon positif investor di lantai bursa saham maupun pasar uang. Namun, tidak untuk emas. Harga logam mulia itu terus terperosok.
Siap-siap Angkat Kaki dari Manchester United

Morgan Stanley bahkan, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu 26 Juni 2013, menurunkan proyeksinya untuk harga emas dan perak, merespon kemungkinan pengurangan stimulus moneter oleh Federal Reserve atau penghentian program pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE).
No Indonesian Victims in the Baltimore Bridge Collapse Incident

"Dengan menurunnya permintaan investor akan aset safe haven (emas), dengan latar belakang penguatan dolar AS dan meningkatnya imbal hasil obligasi AS serta menguatnya bursa saham, kondisi pasar untuk emas dan perak menjadi kurang menguntungkan," tulis bank investasi ini dalam risetnya.

Bank di AS ini menurunkan proyeksi harga emas 2013 sebesar lima persen menjadi US$1.409 per ounce dan proyeksi untuk 2014 sebesar 16 persen menjadi US$1.313 per ounce.

Sedangkan harga perak, Morgan Stanley menurunkan proyeksinya sebesar 14 persen menjadi US$23,39 per ounce untuk tahun ini dan proyeksi 2014 sebesar 29 persen menjadi US$21,01 per ounce.

Namun, bank ini mempertahankan pandangan positifnya untuk paladium, karena malah menaikkan proyeksi harga 2013 sebesar satu persen menjadi US$743 per ounce, seiring permintaan sektor otomotif yang tetap kuat.

Sementara itu, Morgan Stanley juga menurunkan seluruh sektor logam dasar lainnya karena adanya kelebihan pasokan dan kapasitas produksi.

Untuk tahun ini, harga nikel diturunkan proyeksinya sebesar tujuh persen menjadi US$7,23 per pon, timah sebesar tujuh persen menjadi US$10,08 per pon, tembaga tiga persen menjadi US$3,42 per pon, dan aluminium sebesar dua persen menjadi US$0,89 per pon.

UBS, bank asal Swiss juga mengoreksi prediksi harga emas dunia untuk tahun ini akibat pelemahan ini. Bank ini merevisi perkiraan harga emas hingga 40 persen menjadi US$1.050 pada akhir 2013.

Sedangkan HSBC, sekarang ini memprediksi harga emas berada di level US$1.396 per ounces, turun dari prediksi awal US$1.542 per ounces.

Turun dekati level terendah

Diketahui, harga emas dunia terus terperosok dan berada di level terendah akibat tekanan menguatnya data perekonomian AS. Dilansir CNBC, harga spot emas saat ini berada di posisi US$1.275,71 per ounces, mendekati titik terendah dalam tiga tahun terakhir yaitu US$1.268 per ounces. Sedangkan harga emas berjangka AS, berada di posisi US$1.275,3 per ounces.

Dalam dua pekan terakhir, tercatat harga emas dunia turun hingga delapan persen, atau US$113 per ounces. Emas batangan kehilangan daya tariknya setelah The Fed mengumumkan siap menggelontorkan US$85 miliar untuk pembelian obligasi untuk pemulihan ekonomi AS.

Indeks kepercayaan konsumen juga meloncat menuju posisi tertinggi dalam lima tahun terakhir, setelah data ekonomi AS menunjukkan kenaikan harga rumah hingga 11,6 persen sepanjang April 2013 dan kenaikan data penjualan manufaktur.

Selain itu, tekanan terhadap harga emas diperparah dengan keputusan bank sentral India yang tidak akan melayani kredit kepada perbankan yang akan mengimpor emas batangan. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi defisit perdagangan negara tersebut.

Sementara itu, HSBC memaparkan ada beberapa alasan kenapa harga emas dunia dapat turun drastis. Alasan pertama adalah rencana bank sentral Amerika untuk membeli kembali obligasi negara hingga US$85 miliar. Langkah The Fed ini menyebabkan nilai mata uang dolar AS kuat dan membantu pemulihan ekonomi AS.

"Langkah The Fed ini membuat emas kehilangan momentum dan para investor mengalihkan portofolio mereka di logam mulia ke investasi lain," seperti dikutip dari analisis HSBC.

Faktor kedua adalah adanya penurunan permintaan emas dari India dan China, dua negara terbesar pengimpor emas. Pertumbuhan ekonomi yang melambat di kedua negara tersebut, membebani harga emas dunia. Pertumbuhan Domestik Bruto China diperkirakan turun dari 8,2 persen menjadi 7,4 persen pada 2013.

Sementara itu, negara importir emas terbesar, India, melalui the All India Gems and Jewelry Trade Federation, telah menghentikan penjualan emas batangan dan koin guna memotong impor emas yang mengakibatkan neraca perdagangan India defisit. Asosiasi tersebut, mewakili 90 persen pengusaha emas India.

Harga emas domestik ikutan

Sementara itu, dari dalam negeri dilaporkan harga emas batangan PT Antam Tbk pada perdagangan Rabu 26 Juni 2013, untuk wilayah DKI Jakarta tidak bergerak. Dikutip dari laman Logammulia, harga emas batangan ukuran 1 gram masih dilepas Rp498.000.

Untuk ukuran 5 gram dilepas Rp2.345.000, ukuran 10 gram seharga Rp4.640.000, dan ukuran 25 gram dijual Rp11.525.000. Untuk ukuran 100 gram juga tetap dipatok Rp45.950.000.

Ukuran 250 gram masih dilepas Rp114.750.000 dan ukuran 500 gram seharga Rp229.300.000. Sementara itu, harga beli kembali (buy back) emas Antam melemah Rp1.000 menjadi Rp408.000 per gram. 

Namun, analis trader dan investasi emas, Mulyadi Tjung, mengatakan bahwa merosotnya harga emas dunia yang terjadi sejak awal tahun ini akibat ekonomi AS yang terus membaik berpotensi menekan pergerakan harga emas dalam negeri. 

"Pemicu tekanan emas dunia itu sendiri, terjadinya karena perbaikan ekonomi AS, di mana semalam data penjualan rumah baru dan kenaikan harga rumah terus terjadi. Ditambah, program QE yang dipastikan tidak akan diperpanjang lagi tahun ini," ujarnya kepada VIVAnews.

Mulyadi memperkirakan, harga emas domestik kemungkinan akan terus bergerak di bawah level Rp500 ribu per gram. "Saat ini, tidak melemah banyak atau stagnan dari harga kemarin karena tertopang nilai tukar rupiah yang melemah," kata dia.

Dia juga menegaskan, selama ancaman krisis di AS dan Eropa berkurang, serta mata uang negara-negara tersebut menguat, harga emas cenderung melemah. "Harga emas bisa seperti tahun 1980-an, yang bergerak stagnan ketika ekonomi AS membaik," ujar Mulyadi. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya